Jumat, 22 Juni 2012

Ayat-ayat tentang Munafik


MUNAFIKUN. Munafikun, dalam Bahasa Arab munafiqun, adalah bentuk plural dari kata munafiq yang merupakan ism fa’il dari kata kerja nafaqa. Nafaqa adalah kata jadian yang akarnya adalah nafaqa. Nafaqa artinya mati, laris, berkurang, sedikit, punah dan pergi. Katakerja nafaqa, yang darinya muncul kata munafiq, menurut satu pendapat, terambil dari kata an-nafaq yaitu fatamorgana dip dang pasir. Orang munafik, bagaikan fatamorgana, memperlihatkan pemandangan yang tidak sesungguhnya. Seakan-akan ada air, yang ada sesungguhnya adalah padang pasir belaka yang ditimpa sinar terik matahari. Ada pula yang berpendapat bahwa nafaqa terambil kata nafiqa’ yang artinya lubang persembunyian kanguru. Selain nafiqa’, kanguru mempunyai pula lubang yang lain yaitu qashi’a rahitha’, dan lain-lain. Kanguru biasa masuk dari nafiqa’ lalu keluar dari qashi’a atau sebaliknya.  Demikianlah yang dilakukan oleh orang munafik, masuk Islam pada satu sisi lalu keluar pada sisi yang lain.

Ayat-ayat Alquran cukup banyak berbicara tentang orang-orang munafik, bahkan ada satu surat yang diberi nama al-Munafiqun yang memang banyak berbicara tentang kemunafikan. Di antara sifat atau cirri-ciri orang munafik yang disebutkan dalam Alquran adalah sebagai berikut: Pertama, berlawanan dengan kaum muslimin, orang-orang munafik memerintahkan manusia untuk berbuat kemungkaran dan melarang mereka untuk berbuat makruf (Q.S 9:67). Kedua, meskipun dalam beberapa ayat Alquran disebutkan bahwa orang-orang munafik itu berada dalam kebimbangan--bolak balik antara kafir dan iman (Q.S 4:143, 63:3)--mereka lebih dekat kepada orang-orang kafir bahkan mereka disamakan dengan orang-orang kafir (Q.S 4:140). Ketiga, oleh karena itu mereka lebih mempercayai orang-orang kafir sebagai penolong mereka (Q.S 4:139). Keempat, bahkan mereka berusaha menghalangi orang-orang untuk mendekati kaum muslimin dan menghalangi untuk tunduk kepada ajaran Islam (Q.S 4:61).
Kelima, salah satu sifat orang munafik yang menonjol adalah suka berdusta. Untuk berdusta, orang munafik sanggup menggunakan sumpah sebagai perisai (Q.S 63:1 dan 2). Dengan kata lain, orang yang suka bersumpah untuk menyembunyikan hal-hal yang tidak benar adalah orang munafik. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan: “Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia berkhianat”. Keenam untuk melakukan dusta itu tidak berat bagi orang-orang munafik. Di samping mudah bersumpah, mereka pandai merangkai kata sehingga pembicaraan mereka enak didengar, penampilan fisik mereka mengagumkan, dan gerak tubuh mereka dapat meyakinkan orang (Q.S 63:4).
Ketujuh, bukan hanya berdusta sesama manusia, orang munafik bahkan menipu Allah, malas dalam menegakkan salat, suka mempertontonkan amalannya, (riya), dan jarang melakukan zikir (Q.S 4:142-143). Kedelapan, orang munafik menghalangi kaum muslimin dalam menegakkan hukum Allah dan mencegah mereka untuk melakukan jihad (Q.S 63:2).
Begitulah Alquran menggambarkan orang munafik yang angkuh dan sombong (Q.S 63:5). Dalam pandangan al-Ghazali, kemunafikan adalah dosa besar yang mendekati kemusyrikan. Ia mempunyai tujuan untuk memikat hati orang supaya orang itu dapat terpengaruh olehnyaatau orang itu suka kepadanya. Kesukaan mencari pengaruh dengan maksud agar orang memuja-muji termasuk salah satu “memperturutkan hawa nafsu” dan oleh perbuatan semacam itu banyak orang hancur binasa.
Ketauhilah, kata al-Ghazali selanjutnya, perbuatan munafik itu sama sekali tidak membawa manfaat apapun. Dalam suatu hadis disebutkan: Pada hari kiamat, orang-orang yang mati syahid akan dipanggil dan dibawa ke dekat api neraka. Orang-orang itu menyampaikan pembelaan di hadapan Tuhan: “Kami ini adalah orang-orang yang mati syahid yang berjuang di jalan Allah”. Pembelaan itu tidak diterima oleh Tuhan: “Kalian hanya ingin mendapatkan pujian, karena perbuatan yang begini dan begitu itu dianggap suatu keberanian. Semua itu dinyatakan oleh mereka kepada kalian dan oleh karena itu terimalah ini sebagai ganjaran bagimu”.
Kemunafikan seperti digambarkan di atas tidak hanya dapat menimpa orang yang mati syahid dalam medan pertempuran, tetapi juga dapat menimpa para alim ulama, orang-orang yang naik haji, dan para penelaah Alquran yang perbuatannya dilakukan tidak dengan keikhlasan lil-Lahi Ta’ala. Dalam sebuah hadis disebutkan: “sebagian besar orang-orang munafik di antara umatku adalah qurra’ (para penelaah Alquran)”.
Alquran secara tegas menyebut orang munafik sebagai orang fasik (Q.S 9:67 dan 63:6). Padahal, kefasikan merupakan perbuatan yang mesti dihindari oleh orang yang menginginkan haji mabrur. Sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang dating kerumah ini (ka’bah) tanpa melakukan rafats dan kefasikan, ia pulang ke kampong halamannya (suci) seperti ketika ia dilahirkan ibunya”. Dengan kata lain, orang yang menunaikan ibadah haji hendaknya memenuhi persyaratan keikhlasan yang di antara perwujudannya adalah meninggalkan kefasikan. Kalau banyak orang yang tidak lagi ikhlas melaksanakan ibadah haji, itulah yang pernah “diramaikan” oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda: “akan dating suatu masa yang ketika itu orang-orang kaya naik haji untuk plessiran, orang-orang menengah naik haji untuk berdagang, para penelaah Alquran naik haji untuk pamer dan demi nama baik, dan orang-orang miskin naik haji untuk mengemis”.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Misriy, Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad ibn Mukram ibn Manzur al-Afriqy, Lisan al-Arab, Bairut, Dar Sadir, 1990.
Al-Qurthubiy, Abu Abdillah Muhammad al-Ansariy, al-Jami li Ahkam al-Qur’an, T.t.p., T.p., t.t.
Rus’an, Mutiara Ihjaa Ulumddin, Jakarta, CV Mulja, 1964.
Sahih Muslim, Indonesia, Dar Ihya al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.
At-Tabariy, Abu al-Abbas Ahmad ibn Abdillah ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhibuddin, al-Qira li Qasid Umm al-Qura, Bairut, al-Maktabah al-Ilmiyah


                                                                                                          ABDUL HAFIZ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dunia ini memang indah,, tergantung bagaimana kita menjaga keindahan itu,,. untuk itu mari kita bersatu, satu pikiran satu tujuan untuk Indonesia merdeka,.. berpisah kita berjuang bersatu kita memukul..