Jumat, 22 Juni 2012

Memilih dalam Islam lewat Istikharah


ISTIKHARAH. Istikharah, dalam Bahasa Arab, kata asalnya adalah khara yang berarti memberikan yang terbaik. Ungkapan kharal-lah laka, maksudnya Allah memberimu sesuatu yang baik. Istikharah, dengan demikian, berarti meminta untuk memberikan yang terbaik. Istikharal-lah artinya, ia meminta kepada Allah untuk memberikan yang terbaik kepadanya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa “Rasulullah mengajarkan istikharah kepada kami dalam segala hal”.
Pengertian

            Istikharah adalah salat sunat dua rakaat yang dilakukan secara khusus dalam rangka memohon kepada Allah supaya ia memilihkan yang terbaik diantara berbagai pilihan. Orang yang dihadapakan pada berbagai pilihan dalam hal-hal yang hukumnya mubah diperintahkan Rasulullah saw supaya melakukan salat istikharah agar ia dapat keluar dari jalan buntu dengan keridaan Tuhan. Di samping itu, Rasulullah saw juga meme-rintahkan supaya bermusyawarah dengan orang-orang yang memiliki keahlian.
            Istikharah, dalam sejarahnya merupakan ibadah yang disyariatkan untuk menghindarkan kaum muslimin dari perbuatan-perbuatan yang tergolong ke dalam rijsun min amalisy-syaithan (perbuatan keji dari amalan syaithan), seperti azlam (mengenali nasib lewat undian) dalam tradisi Arab Jahiliah, untuk menentukan pilihan, seseorang mengundi nasibnya melalui azlam (tiga anak panah): tertulis pada yang pertama “kerjakanlah”, pada yang kedua “jangan kerjakan”, dan pada yang ketiga “kosong”. Ketika buah anak panah itu kemudian diletakkan dalam suatu tempat dan disimpan di dalam Ka’bah. Pada saat orang tersebut hendak menentukan pilihan, ia meminta kepada juru kunci Ka’bah untuk mengambilkan salah satu anak panah yang pernah disimpannya. Jika yang terambil anak panah yang “kerjakanlah”, maka ia pun memilih pilihan mengerjakan.
            Islam mencela undian nasib semacam itu karena termasuk perbuatan setan yang sama dosanya dengan meminum khamar, berjudi, dan berkorban untuk berhala. Untuk membantu menentukan pilihan yang baik, islam mengajarkan salat Istikharah. Melalui salat Istikharah, seorang muslim harus yakin bahwa Allah akan memilihkan pilihan yang terbaik baginya.

Tata Cara
            Salat Istikharah dapat dilaksanakan setiap dihadapkan pada beberapa pilihan dalam suatu masalah. Imam al-Syaukani tidak membedakan apakah masalah itu besar atau kecil dan penting atau tidak penting. Seringkali, demikian alasannya, suatu masalah yang dianggap kecil ternyata menimbulkan bahaya besar. Oleh karena itu Nabi bersabda: “Hendaklah kamu meminta segala sesuatu kepada Tuhan sampaipun meminta tali sandal”. Salat Istikharah bisa dilakukan di mana dan kapan saja sebanyak dua rakaat seperti salat subuh. Tidak ditentukan surat apa yang mesti dibaca setelah al-Fatihah. Di dalam salat tersebut dibaca doa istikharah yakni ketika sujud akhir atau sebelum salam.
            Doa istikharah yang diajarkan oleh Rasulullah adalah
            “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta Engkau memilihkan yang baik dengan ilmu Engkau, dan aku meminta Engkau memberi kekuatan dengan kekuasaan Engkau, dan aku meminta dari kemurahan Engkau yang besar, karena Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa dan Engkau tahu sedang aku tidak mengetahui dan Engkau tahu segala yang tersembunyi. Ya Allah, jika Engkau tahu pekerjaan ini baik bagiku, dalam agama dan penghidupanku, serta hari kemudianku, maka berikanlah dia kepadaku dan mudahkanlah dia bagiku, kemudian berkatilah dia untukku. Dan jika Engkau tahu bahwa pekerjaan ini tidak baik bagiku, bagi agama dan penghidupanku, serta hari kemudianku, jauhkanlah dia dariku dan jauhkanlah aku daripadanya, dan berilah aku kebaikan dimana jua adanya, kemudian jadikanlah aku ridha dan suka kepadanya”.
            Kata (perkara ini) pada doa istikharah di atas dapat diganti sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, orang yang ingin menunaikan haji dapat menggantinya dengan haji pada tahun ini (                                  )
Imam an-Nawawi menasehatkan bahwa orang yang telah melaksanakan salat istikharah sudah selayaknya melakukan sesuatu yang melapangkan dadanya. Janganlah ia bersandar pada kelapangan dada yang mengundang hawa nafsu yang sudah dibayangkan sebelum istikharah. Orang yang melakukan salat istikharah harus meninggalkan sama sekali kecenderungan kepada salah satu pilihan. Bahkan ia harus meninggalkan ikhtiar untuk mewujudkan kecenderungan itu. Kalau tidak, berarti ia tidak melakukan salat istikharah karena sungguhnya ia telah memilih. Ia bukanlah orang yang memerlukan pilihan Allah. Demikianlah, misalnya, orang yang hendak menikah dengan seseorang. Kalau ia bermaksud hendak salat istikharah untuk menentukan apakah undian itu tepat atau tidak, maka hendaknya dia jangan dulumelakukan tindakan yang menyebabkan ia harus menikah dengan orang itu. Misalnya melamar pria/ wanita yang bersangkutan. 

DAFTAR PUSTAKA

Hanbal, Ahmad bin, Betulkanlah Shalat Anda, terjemahan Umar Hubeis dan Bey Arifin, Jakarta: BUlan Bintang, 1981.
Al-Misriy, Abu al-Fadl Jamaluddin Muhammad ibn Mukram ibn Manzur al-Afriqiy, Lisan al-Arab, Bairut, Dar Sadir, 1990.
An-Nawawiy, Syaikh Muhyidin, Matan al-Idah fi al-Manasik, Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1986.
Sabiq, as-Sayid, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mahkota Surabaya, 1981.




                                                                                                            PANGIDOAN NASUTION

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dunia ini memang indah,, tergantung bagaimana kita menjaga keindahan itu,,. untuk itu mari kita bersatu, satu pikiran satu tujuan untuk Indonesia merdeka,.. berpisah kita berjuang bersatu kita memukul..