Selasa, 08 Mei 2012

Makalah Tafsir Ahkam hak-hak asasi warga negara



PENDAHULUAN
I.Latar Belakang

Manusia, pada hakikatnya, secara kodrati dinugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak pokok ini disebut hak asasi manusia (HAM). Hak asasi manusia adalah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Pada gilirannya, hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, di mana hak-hak asasi ini menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.


Umumnya, kita, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam (sebagai akibat dari pola pendidikan ala Barat yang dikembangkan semenjak jaman penjajahan Belanda dan diteruskan di era republik pasca proklamasi kemerdekaan hingga kini) mengenal konsepsi HAM yang berasal dari Barat. Kita mengenal konsepsi HAM itu bermula dari sebuah naskah Magna Charta, tahun 1215, di Inggeris, dan yang kini berlaku secara universal mengacu pada Deklarasi Universal HAM (DUHAM), yang diproklamasikan PBB, 10 Desember 1948.
Padahal, kalau kita mau bicara jujur serta mengaca pada sejarah, sesungguhnya semenjak Nabi Muhammad S.A.W. memperoleh kenabiannya (abad ke-7 Masehi, atau sekira lima ratus tahun/lima abad sebelum Magna Charta lahir), sudah dikenalkan HAM serta dilaksanakan dan ditegakkannya HAM dalam Islam. Atas dasar ini, tidaklah berlebihan kiranya bila sesungguhnya konsepsi HAM dalam Islam telah lebih dahulu lahir ketimbang konsepsi HAM versi Barat. Bahkan secara formulatif, konsepsi HAM dalam Islam relatif lebih lengkap daripada konsepsi HAMuniversal.[1]
Untuk memverifikasi benar-tidaknya bahwa konsepsi HAM dalam Islam telah lahir lebih dulu daripada konsepsi HAM versi Barat atau universal, maka perlu ditelusuri tentang sejarah HAM universal dan sejarah HAM dalam Islam. Dalam kesempatan kali ini kami sebagai pemakalah akan menyajikan makalah minggu ini dalam mata kuliah tafsir ahkam dengan judul “Hak Azasi Warga Negara”. Dari sini, kami akan menyajikan ayat-ayat tafsiran Al-Qur’an yang berkaitan dengan Hak Azasi Warga Negara.



ISI PEMBAHASAN 

151.  Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu Karena takut kemiskinan, kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[2]. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).(Q.S.Al-an’am:151)
Tafsiran:
            Ayat ini memerintahkan Rasulallah Saw mengajak mereka meninggalkan posisi yang rendah dan hina yang tercermin pada kebejatan moral dan penghambaan diri pada selain Allah SWT, menuju ketinggian derajat dan keluhuran budi pekerti. Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepada mereka: “Marilah menuju kepadaku beranjak meninggalkan kemusyrikan dan kebodohan menuju ketinggian dan keluhuran budi dengan mendengar dan memperkenankan apa yang kubacakan, yakni kusampaikan kepada kamu sebagian dari apa yang diharamkan, yakni dilarang oleh Tuhan pemelihara dan Pembimbing kamu atas kamu yaitu:
            Pertama, dan yang paling utama adalah janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya,sesuatu dan sedikit persekutuanpun.
            Kedua, Setelah menyebut causa prima, penyebab dari segala sebab wujud, dan sumber segala nikmat, disebutnya perantara yang berperanan dalam kelahiran manusia, sekaligus yang wajib disyukuri, yakni ibu bapak, karena itu disusulkan dan dirangkaikannya perintah perintah pertama itu dengan perintah ini, dalam makna larangan mendurhakai mereka. Larangan ini demikian tegasnya sehingga dikemukakan dalam bentuk perintah berbakti, yakni dan berbuat baiklah secara dekat dan melekat kepada kedua orang ibu bapak secara khusus dan istimewa dengan berbuat kebaktian yang banyak lagi mantap atas dorongan rasa kasih kepada mereka.
            Ketiga, Setelah menyebut sebab perantara keberadaan manusia di pentas bumi, dilanjutkan-Nya dengan pesan berupa larangan menghilangkan keberadaan itu yakni, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kamu sedang ditimpa kemiskinan dan mengakibatkan kamu menduga bahwa bila mereka lahir kamu akan memikul beban tambahan. Jangan khawatir atas diri kamu. Bukan kamu sumber rezeki,tetapi Kami-lah sumbernya. Kami akan memberi, yakni menyiapkan sarana rezeki kepada kamu sejak saat ini dan juga Kami akan siapkan kepada mereka, yang penting adalah kamu berusaha mendapatkannya. Selanjutnya setelah melarang kekejian yang terbesar setelah syirik, durhaka kepada orang tua dan membunuh, kini dilarangnya secara umum segala macam kekejian.
            Ini merupakan pengajaran keempat, yaitu dan janganlah kamu mendeakati perbuatan-perbuatan yang keji, seperti membunuh dan berzina baik yang nampak di antaranya, yakni yang kamu lakukan secara terang-terangan, maupun yang tersembunyi, seperti memiliki pasangan ‘simpanan” tanpa diikat oleh akad nikah yang sah.
            Kelima disebut secara khusus satu contoh yang amat buruk dari kekejian itu, yakni, dan jangan kamu membunuh jiwa yang memang diharamkan Allah membunuhnya kecuali berdasar sesuatu sebab yang benar, yakni berdasar ketetapan hukum yang jelas. Demikian itu yang diperintahkan-Nya, yakni oleh Tuhan dan nalar yang sehat kepada kaum supaya kamu memahami dan menghindari larangan-larangan itu.
Menurut Ismail Muhammad Djamil (1950), fakta telah membuktikan, bahwa risalah Islam (sejak permulaannya kota suci Mekah sudah memasukkan hak-hak asasi manusia dalam ajaran-ajaran dasarnya bersamaan dengan penekanan masalah kewajiban manusia terhadap sesamanya .
Oleh karenanya, kita dapat menemukan di berbagai surat dalam Kitab Suci Al Qur`an yang diturunkan pada awal-awal periode Mekah, yang berbicara tentang pengutukan terhadap berbagai bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia yang berlaku pada masa itu. Al Qur`an tidak hanya mengutuk berbagai pelanggaran hak-hak asasi manusia yang terjadi pada masa itu, tetapi juga memberikan motivasi secara positif kepada manusia untuk menghargai hak-hak tersebut.
Nabi Muhammad S.A.W. yang kehidupannya merupakan praktik nyata dari kandungan Al-Qur`an, sejak awal kenabiannya telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hak-hak asasi manusia ini. Setelah beliau hijrah ke kota Madinah dan mendirikan secara penuh suatu negara Islam sesuai dengan petunjuk Illahi, maka beliau segera menerapkan program jangka panjang untuk menghapus segala bentuk tekanan yang ada terhadap hak-hak asasi manusia.
Nabi Muhammad S.A.W. telah mengadakan berbagai tindakan sebagaimana telah ditetapkan dalam Al Qur`an yang menghendaki terwujudnya pelaksanaan hak-hak asasi mansia. Selain itu, beliau telah memproklamasikan kesucian hak-hak asasi manusia ini untuk segala zaman ketika berkhutbah di depan kaum muslim pada waktu haji wada` (perpisahan), yakni sebagaimana diriwayatkan dalam H.R. Muslim ("Kitab al-Hajj"), sebagai berikut :
"Jiwamu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah sesuci hari ini. Bertakwalah kepada Allah dalam hal istri-istrimu dan perlakuan yang baik kepada mereka, karena mereka adalah pasangan-pasanganmu dan penolong-penolongmu yang setia. Tak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya kecuali berdasarkan atas ketakwaan dan kesalehannya.[3] Semua manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam itu diciptakan dari tanah liat. Keunggulan itu tidak berarti orang Arab berada di atas orang nonArab dan begitu juga bukan nonArab di atas orang Arab. Keunggulan juga tidak dipunyai oleh orang kulit putih lebih dari orang kulit hitam dan begitu juga bukan orang kulit hitam di atas orang kulit putih. Keunggulan ini berdasarkan atas ketakwaannya"
32.  Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain[4], atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya[5]. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[6] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.(QS.Al-Maidah :32)
Tafsiran :
            Kata (    ) ajl pada ayat diatas, pada mulanya berarti kejahatan yang dikhawatirkan terjadi dimasa yang datang. Kata ini kemudian berkembang maknanya sehingga menjadi oleh karena atau disebabkan, baik karena adanya kejahatan maupun tidak. Pada ayat ini, tidak tertutup kemungkinan untuk memahami kata itu sesuai dengan makna asalnya. Yakni disebabkan oleh kejahatan pembunuhan yang dikhawatirkan terjadi di masa datang, maka Allah menetapkan apa yang disebut dalam ayat ini.
            Ketetapan tersebut – sebagaimana redaksi ayat ini – adalah atas Bani Israil. Penggunaan kata (  ) ‘ala/atas mengandung makna kewajiban, dan dengan demikian, ayat ini menginformasikan bahwa ketetapan hukum tersebut disampaikan kepada Bani Israil atas dasar satu kewajiban bagi mereka.
            Penyebutan Bani Israil secara khusus dalam ayat ini mengisyaratkan bahwa kaum tersebut telah mencapai puncak keburukan dalam pembunuhan karena yang mereka bunuh adalah manusia-manusia suci yang diutus Allah sebagai nabi dan rasul-rasul.
            Ayat diatas mempersamakan antara pembunuhan terhadap seorang manusia yang tidak berdosa dengan membunuh semua manusia, dan yang menyelamatkannya sama dengan menyelamatkan semua manusia.penjelasannya sbb:
            Peraturan baik apapun yang ditetapkan oleh manusia atau oleh Allah pada hakikatnya adalah untuk kemaslahatan masyarakat manusia. Dan kalau kita menyebut kata “masyarakat” maka berarti untuk kita semua. Pada saat manusia merasakan kehadiran manusia-manusia lain bersamanya, saat itu pula, seorang atau ribuan anggota masyarakatnya mempunyai kedudukan yang sama bahwa semua harus dihargai. Sehingga, barang siapa yang membunuh seorang tanpa alasan yang sah, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya. Demikian juga sebaliknya.
            Kata kemudian pada firman-Nya : kemudian – sesungguhnya banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampui batas, berfungsi mengisyaratkan tingkatan jauh, bukan dalam arti setelah waktu itu, karena ini ditegaskan oleh kalimat sesudah itu. Tingkatan jauh yang dimaksud adalah tingkatan pelampauan batas oleh mereka. Bukankah rasul-rasul pada suatu kaum dengan membawa aneka bukti dan penjelasan yang silih berganti, merupakan suatu hal yang sangat luar biasa, lalu sikap Baani Israil yang terus menerus membangkang setelah kedatangan bukti-bukti itu lebih luar biasa lagi. Inilah yang ingin dilukiskan oleh kata kemudian itu. Dengan demikian, ayat ini menggunakan sekian banyak penekanan; pertama, kata kemudian; kedua kata (  ) inna/sesungguhnya; ketiga, kata sungguh-sungguh ;dan keempat, kata musrifun yang maknanya seperti dikemukakan di atas.[7]
Landasan dalam menjalankan hak asasi manusia yang dilakukan oleh imam Ali adalah landasan kecintaan pada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dalam surat kepada Malik Asytar Imam mengatakan, ”insafkan hatimu agar selalu memperlakukan rakyatmu dengan kasih sayang, cinta dan kelembutan hati. Jangan kaujadikan dirimu laksana binatang buas lalu menjadikan mereka sebagai mangsamu. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua saudaramu dalam agama atau makhluk Tuhan sepertimu.”  
Ibnu Abil Hadid menjelaskan, ”Jadikan kasih sayang sebagai syiarmu, yaitu satu karakter yang menonjol pada dirimu, karena rakyatmu adalah saudaramu dalam agama atau manusia sepertimu yang butuh akan kelembutan dan kasih sayang”
Hal ini dijiwai oleh Al Qur’an ”Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israel, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (Al maidah : 32)
Tentu saja kecintaan bukan hanya berarti kelembutan dan menyerah pada kesalahan. Imam Ali berkata, ”Jika kecintaan dan kelembutan hanya mengakibatkan timbulnya kekerasan maka kekerasan adalah suatu bentuk kelembutan hati.” Imam Ali adalah diantara sedikit manusia yang bisa memadukan dua sifat yang sangat susah dipadukan yaitu keadilan dan kecintaan. Mudah-mudahan kita diberi berkah untuk dapat menjadi pengikutnya. Wallahu a’alam [8]
256.  Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[9] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS.Al-Baqarah:256)
Tafsiran :
            Allah Ta’ala berfirman, “Tidak ada paksaan dalam agama” Maksudnya, janganlah kamu memaksa seorang pun untuk memasuki agama islam, karena agama Islam itu sudah jelas dan terang. Dalil-dalil dan argumentasinya sudah nyata sehingga seseorang tidak perlu dipaksa supaya masuk agam islam, dilapangkan hatinya, dan disinari mata hatinya oleh Allah, maka ia akan masuk ke dalamnya secara terang benderang. Adapun orang yang hatinya dibutakan Allah, pendengaran,penglihatannya dikunci mati oleh Allah, maka tidaklah berguna mamaksanya untuk memasuki islam.
            Diceritakan bahwa ayat ini turun karena ada seorang wanita Anshar berjanji kepada dirinya bahwa apabila putranya hidup, maka dia akan menjadikannya Yahudi. Tatkala Bani Nadhir diusir dan di antara mereka ada anak-anak kaum Anshar, maka kaum Anshar berkata, “kami tidak akan membiarkan anak kami menjadi Yahudi” maka Allah menurunkan Ayat, “Tidak ada paksaan dalam agama.” Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas.
            Firman Allah, Barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Artinya, barang siapa yang menjauhkan diri dari sekutu, berhala-berhala, dan apa-apa yang diserukan oleh setan supaya perkara selain Allah yang disembah, serta mentauhidkan Allah, menyembah-Nya, mengesakan-Nya, dan mempersaksikan bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang pada tali yang amat kokoh. Thaghut ialah ‘setan’ . istilah thaghut mencangkup segala kejahatan yang dilakuakn kaum jahiliah, seperti menyembah, berhakim, dan meminta tolong kepada berhala.
            Firman Allah,”Maka sesungguhnya dia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” Yakni sesungguhnya dia telah memegang teguh agama dengan sarana yang paling kuat. Kondisi itu diserupakan dengan tali yang teguh yang tidak akan putus sebab jati diri tali itu stabil,kokoh,dan kuat,serta ikatannya sangat keras. Tali yang kuat itu adalah iman dan islam. Tidak ada kontradiksi antara orang yang berpendapat bahwa tali itu ialah “tidak ada tuhan melainkan Allah”,ia adalah Al-Qur’an, ia adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah pula. Semuanya benar. Berkaitan dengan firman Allah “tidak rapuh”,Mu’adz bin Jabal berkata,”Ayat itu berarti ‘tidak masuk surga’.”[10]
Kisah Abu Bakara r.a : Tidak beberapa lama setelah memeluk agama Islam, Saiyidina Abu Bakar yang terkenal sebagai saudagar yang kaya itu telah meninggalkan perdagangannya dan meninggalkan semua usaha peribadi lain-lainnya lalu menyerahkan segenap kekayaan dan jiwa raganya untuk melakukan penjuangan menegakkan Islam bersama Nabi Muhammad S.A.W. sehingga oleh karena kegiatannya maka Agama Islam mendapat kemegahan dengan Islamnya beberapa pemuda Quraisy yang lain seperti yang telah disebutkan itu. Beliau telah mengorbankan seluruh harta bendanya untuk menebus orang-orang yang ditawan, orang-orang yang ditangkap atau disiksa. Selain daripada itu beliau juga telah membeli hamba-hamba yang kemudian dimerdekakannya. Salah seorang hamba yang dibelinya lalu kemudian dibebaskan yang paling terkenal dalam sejarah ialah Bilal Bin Rabah.
Tatkala Nabi Muhammad selesai melakukan Isra' dan Mikraj segolongan orang yang kurang mempercayai apa yang telah dikhabarkan Rasulullah S.A.W. telah pergi menemui Saiyidina Abu Bakan R.A. untuk mendengarkan apa pendapatnya tentang dakwaan Muhammad S.A.W.  itu. Tujuan kedatangan mereka mendapatkan Abu Bakar R.A. tidak lain dengan prasangka tentunya Abu Bakar R.A. kali ini akan mendustakan kisah yang tidak masuk akal pada fikiran mereka itu. Setelah pertanyaan itu disampaikan kepada Abu Bakar R.A. lalu beliau pun berkata, "Adakah Muhammad berkata begitu? Sahut mereka, "Benar! Maka ujar Saiyidina Abu Bakar R.A. "Jika Muhammad berkata begitu maka sungguh benarlah apa yang diceritakan itu. Lalu mereka pun terus menyambung, "Engkau percaya hai Abu Bakar bahawa Muhammad sampai ke tanah Syam lebih sebulan perjalanan pulang, di malam semalam tadi? Maka sahut Abu Bakar sungguh-sungguh, "Benar! Aku percaya! Malah lebih dan itu aku percaya kepadanya. Aku percaya akan berita dari langit diberitakannya baik pada waktu siang maupun di waktu malam! Demikian hebatnya sambutan sahabat yang paling utama itu. Kerana tegas dan teguhnya iman beliau terhadap agama yang dibawa oleh Muhammad dan terhadap apa yang dikhabarkan oleh baginda maka beliau telah diberi oleh Rasulullah S.A.W. dengan gelaran Al-Siddiq, artinya yang benar.
Dan memanglah tidak mengherankan sekali sikap Abu Bakar itu. Beliau telah kenal akan Muhammad S.A.W. bukan sehari dua, melainkan sudah boleh dikatakan seumur manusia. Beliau tahu bahawa sahabatnya itu berkata benar, tak pernah bohong; orang amin. Mustahil baginda akan khianat kepada pengikutnya yang pencaya kepadanya. Beliau mengimani sahabatnya itu Pesuruh Allah Yang Maha Kuasa, menerima wahyu daripada Tuhannya. Beliau sudah bertahun-tahun mengikutkan petunjuk yang diwahyukan oleh Allah kepada sahabatnya itu maka telah teguhlah iman dalam hatinya.
Tatkala keadaan kekejaman orang-orang musyrikin Quraisy tenhadap kaum Muslimin yang sedikit jumlahnya di Mekah semakin hebat dan membahayakan, Nabi Muhammad S.A.W. telah mengadakan permusyawatan di rumah Saiyidina Abu Bakan R.A. untuk mencani jalan keluar danipada kesulitan yang sedang dihadapi oleh pihak kaum Muslimin. Ketika itulah Rasulullah S.A.W. menjelaskan kepada Saiyidina Abu Bakan R.A. bahawa Allah S.W.T. telah memerintahkan baginda supaya melakukan hijrah ke Madinah serta meminta Saiyidina Abu Bakar R.A. supaya menemaninya dalam peristiwa hijrah tersebut. Dengan perasaan gembira tanpa sedikit kebimbanganpun Saiyidina Abu Bakar R.A. menyambut permintaan Rasulullah S.A.W. [11]
99.  Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?(QS.Yunus:99)
Tafsiran :
            Ayat di atas telah mengisyaratkan bahwa manusia diberi kebebasan percaya atau tidak. Kaum Yunus tadinya enggan beriman, kasih sayang-Nyalah yang mengantar Allah swt. memperingatkan dan mengancam mereka. Nah, kaum Yunus yang tadinya membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas kehendak sendiri pun mereka sadar dan beriman, sehingga Allah swt,tidak menjatuhkan siksa-Nya. Demikian Allah memberi kebebasan kepada manusia. Tapi jangan duga bahwa kebebasan itu bersumber dari kekuatan manusia. Tidak!itu adalah kehendak dan anugerah Allah swt, karena jikalau Tuhan pemelihara dan Pembimbingmu menghendaki, tentulah beriman secara bersinambung tanpa diselingi sedikit keraguan pun semua manusia yang berada dimuka bumi seluruhnya. Ini dapat dilakukan-Nya antara lain dengan mencabut kemampuan manusia memilah dan memilih dan dengan menghiasi jiwa mereka hanya dengan potensi positif saja,tanpa nafsu dan dorongan negative sebagaimana halnya malaikat. Tetapi itu tidak dikehendaki-Nya karena Dia bermaksud menguji manusia dan memberi mereka kebebasan beragama dan bertindak. Dia menganugerahkan manusia potensi akal agar mereka menggunkannya untuk memilah dan memilih. Maka, jika demikian, apakah engkau wahai Muhammad, engkau hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya yang benar-benar mantap imannya? Allah tidak merestui engkau melakukan yang demikian,bahkan jika seandainya engkau berusaha kearah sana, engkau tidak dapat berhasil. Dan kalaupun engkau berhasil, Aku tidak akan menerimanya – karena yang demikian adalah iman paksaan, sedang yang Aku kehendaki adalah iman yang tulus, tanpa pamrih dan tanpa paksaan. Tetapi bagaimana engkau dapat memaksa orang beriman dengan tulus padahal tidak ada satu jiwa pun apalagi dua atau tiga yang akan dapat beriman disatu saat pun kecuali dengan izin Allah. Memang ada di antara manusia yang beriman sehingga Allah menganugerahkan kepada mereka ketenangan bathin dan kebahagiaan dan ada juga yang enggan sehingga Allah menimpakan kekotoran jiwa, yakni kegoncangan hati atau kemurkaan akibat kekotoran jiwa itu kepada orang – orang yang tidak beriman karena enggan mempergunakan akalnya.
            Yang dimaksud dengan (         ) idzni Allah/ izin Allah pada ayat ini adalah hukum-hukum sebab dan akibat yang diciptakan Allah dan yang berlaku umum bagi seluruh manusia. Dalam hal ini Allah telah menciptakan manusia memiliki potensi berbuat baik dan buruk, dan menganugerahkan kepadanya akal untuk memilih jalan yang benar serta menganugerahkan pula kebebasan memilih apa yang dikehendakinya. Bagi yang menggunakan akal dan potensinya secara baik, maka dia telah memperoleh izin Allah untuk beriman. Sedang yang enggan menggunakannya, Allah pun menjadikan dalam jiwanya kegoncangan dan kebimbangan, kesesatan dan kekufuran yang akan mengantar menuju murka-Nya.[12]
29.  Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.(QS.Al-Kahfi:29).
Tafsiran :
            Allah Ta’ala berfirman kepada Rasulallah saw, “Dan katakanlah, hai Muhammad, kepada manusia, ‘Apa yang aku bawa kepadamu dari Tuhanmu merupakan kebenaran yang tidak diragukan dan disangsikan lagi.” “Maka barangsiapa yang ingin,maka biarkanlah dia kafir.” Penggalan ini merupakan ancaman yang sangat keras. Karena itu, Allah Ta’ala berfirman, sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu,”yakni orang – orang yang kafir kepada Allah, kepada Rasul, dan kitab-Nya, “neraka yang gejolaknya mengepung mereka”,yakni memagari mereka. Ibnu Juraij berkata,”Ibnu Abbas berkata, ‘Yakni, benteng dari api.’’
            Firman Allah Ta’ala,”Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghangatkan muka.” Ibnu Abbas berkata,”Al-Muhli berarti air yang kasar seperti endapan minyak. Air itu hitam, bau ,dan panas. Karena itu Allah berfirman, “Yang menghanguskan muka”karena demikian panasnya. Jika orang kafir akan meminumnya lalu dia mendekatkan ke wajahnya,maka hanguslah mukanya dan berjatuhanlah kulit wajahnya.[13]
Peristiwa dunia yaitu: Pada tanggal 11 September 2011 kita terkenang satu peristiwa yang terjadi 10 tahun yang lalu, yaitu peristiwa yang mengubah wajah dunia. Peristiwa ini berlaku hanya selang beberapa bulan Bush Jr. memegang kekuasaan Rumah Putih . Ia datang bersamanya sayap ekstrimis, satu kumpulan yang disebut “neo-konservatif” yang memegang tampuk kekuasaan di Amerika. Peristiwa 11 September untuk memberikan peluang keemasan dalam melancarkan operasi ketentaraan tanpa batas, sehingga dapat memperkukuh penguasaan Amerika ke atas dunia di bawah slogan “perang melawan keganasan” (terrorisme). Dunia Islam adalah sasaran peperangan ini. Namun berlaku kehendak Allah di mana sebelum berlangsung ulang tahun kali ke10 peristiwa 11 September, tercetus revolusi dan intifadhah Arab melawan kezaliman, kekejaman, kediktatoran, korupsi dan kekerasan, revolusi yang berjaya menggulingkan para pemimpin kuku besi terkuat di rantau yang telah dikenal pasti sebagai tempat terbesar apa yang dinamakan “perang” terhadap terorisme. Mereka telah mengeringkan sumber-sumbernya, menyerang Islam, mengepungnya, dan mengambil bagian dalam menyerang Iraq, Afghanistan dan pengepungan Gaza. Mereka adalah “Ben Ali” di Tunisia, “Qadhafi” pengarah teroris di Libya, dan (Mubarak) “harta karun strategik” Zionis di Mesir.
Sedangkan pentadbiran AS mendakwa dengan dasar politik dan kewajipan menjalankan demokrasi serta pembelaannya ke atas hak asasi manusia mampu mencetuskan revolusi Arab. Inilah pembohongan terbesar. Padahal revolusi Arab adalah untuk menangkis serangan Zionis dan Amerika bagi menghadapi pembohongan dari pemimpin diktator mengenainya. Paling tidak, apa yang kita lihat ialah kepanikan dan ketakutan yang mencengkam Zionis setelah berlaku revolusi rakyat Mesir terhadap mereka dan perubahan dalam hubungan strategik antara Mesir dan Turki, di mana puncaknya adalah ketika Erdogan melakukan kunjungan ke Kaherah untuk membentuk fokus baru dalam menghadapi perencanaan Zionis.
Inilah hikmah Allah yang begitu jelas bahawa setiap kezaliman pasti akan berakhir. Kini kita dapat menyaksikan berakhirnya para dictator dan kezaliman di seluruh dunia Arab. Kita juga ketika ini dapat menyaksikan permulaan keruntuhan penguasaan Amerika dan peradaban Barat. Kini kita telah mendengar suara-suara yang bergema dari sana yang memberikan peringatan betapa buruknya tempat kembali umat manusia yang terjerumus dalam tamadun yang kosong tanpa iman. Manusia tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam diri mereka kecuali kebimbangan, kegusaran dan penyakit mental hingga meningkatnya kes-kes bunuh diri, walaupun keseronokan materialistik dan kebebasan syahwat yang tidak terkawal dan tanpa nilai telah merajalela. 
Kini terbukti dengan jelas dan nyata untuk semua orang yang mempunyai hati dan kesedaran bahwa keselamatan umat manusia adalah ketika mengikuti manhaj Islam, sistem dann nilai-nilainya walaupun ada usaha yang berterusan dan penuh kesungguhan untuk mewujudkan salah faham dan memberikan gambaran yang buruk. Namun semuanya berakhir dalam kegagalan yang hina. Jelaslah bagi semua orang bahwa keselamatan umat manusia, walau bagaimana kesengsaraannya adalah dengan mengikuti ajaran Islam di semua bidang, kerana di dalamnya terdapat keselamatan dan kebebasan.[14]
6.  Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."(QS.Al-Kafirun: 6)
Tafsiran :
Dan, tidak ada jalan untuk mengabdi kepada Allah kecuali dengan mengikuti risalah yang dibawa oleh Nabi Saw. Sedangkan, orang-orang musyrik itu menyembah selain Allah; suatu peribadatan yang tidak di izinkan oleh Allah. Itulah sebabnya Rasulallah Saw.mengatakan kepada mereaka, “Untukmu agamamu dan untuku agamaku.” Hal ini sebagaiman firman Allah Ta’ala, “Dan bila mereka mendustakan kamu, maka katakanlah, ‘Bagiku amalku dan bagimu amalmu. Kamu berlepas diri dari apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri dari apa yang kalian kerjakan.” Dan firman Allah Ta’ala, “Bagi kami amal perbuatan kami dan bagi kamu amal perbuatan kamu.”
            Imam Syafi’I Rahimallah dan ulama yang lain menggunakan ayat yang mulia ini,”untukmu agamamu dan untukku agamaku” sebagai dalil bahwa kekufuran itu merupakan millah yang satu. Maka orang Yahudi dapat mewarisi orang Nasrani dan sebaliknya, bila antara keduanya terdapat hubungan nasab atau sarana pewarisan, sebab agama-agama selain Islam itu bagaikan satu perkara saja dalam hal kebathilannya. Namun, Imam Ahmad dan yang satu pandangan dengan beliau tidak membolehkan adanya praktek waris-mewarisi antara orang Yahudi dengan orang Nasrani, berlandaskan pada hadist Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwa katanya Rasulallah saw. Bersabda, “Tidak ada waris mewarisi antara dua millah yang berbeda”.[15]
Firman Allah pada surah Al-Jumu’ah:10:
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.
Tafsir surah Al-Jumuah:10
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah”. Ketika Allah melarang mereka berjual beli ketika mendengar kumandang azan dan memerintahkan mereka untuk berkumpul, maka  Allah mengizinkan mereka, bila kewajiban Jumat telah usai, untuk bertebaran lagi di muka bumi dan mencari karunia Allah.
            Allah berfirman,” Dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.” Yaitu di kala membeli dan menjual, di kala mengambil dan memberi, hendaknya kamu berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya dan janganlah kesibukan dunia melalaikan kamu dari sesuatu yang mendatangkan manfaat kepada kamu di hari akhir.
Surah Al-Israa’:20:
Kepada masing-masing golongan, baik yang ini maupun yang itu, Kami memberi bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.
Tafsir surah Al-Israa’:20:
Allah Swt berfirman, “Kepada masing-masing golongan,” dari kedua golongan di atas, yaitu orang yang menghendaki dunia dan orang yang menghendaki akhirat, Kami memberikan kepada mereka, sesuai dengan perilaku masing-masing, “bantuan dari kemurahan Tuhanmu”. Yakni Allah memberi kebahagiaan dan kecelakaan kepada masing-masing sesuai dengan haknya.”dan kemurahan Tuhanmu itu tidak dapat dihalangi,” dan ditolak.
Dalam shahihaini diriwayatkan: “Para penghuni surga derajat-derajat yang tinggi benar-benar melihat penghuni tempat tertiggi seperti kamu melihat gemintang yang melintas di ufuk langit”(Muttafaq ‘alaihi)[16]
Semua manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam itu diciptakan dari tanah liat. Keunggulan itu tidak berarti orang Arab berada di atas orang nonArab dan begitu juga bukan nonArab di atas orang Arab. Keunggulan juga tidak dipunyai oleh orang kulit putih lebih dari orang kulit hitam dan begitu juga bukan orang kulit hitam di atas orang kulit putih.          Keunggulan ini berdasarkan atas ketakwaannya"

Al-Hujurat:13:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhya Allah  Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Tafsir surah Al-Hujurat:13:
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa manusia semuanya berasal dari seorang ayah dan seorang ibu yaitu Adam dan Hawa. Maka tidak patutlah bagi seseorang mencemoohkan saudaranya.
            Allah  SWT telah menciptakan manusia menjadi berbagai-bagai banga dan suku-suku bangsa yang supaya saling mengenal dan saling menolong dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kelebihan seseorang di atas yang lain, kecuali ketakwaan dan budi pekerti yan luhur, tidak dengan soal-soal keduniaan yang akan hilang dan musnah.
Dalam  ayat ini Allah menjelaskan bahwa manusia diciptakan berbagai-bagai bangsa dan suku-suku bangsa, berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, akan tetapi supaya saling mengenal dan saling menolong. Dan Allah tidak menyukai orang –orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunannya, kepangkatan atau kekayaannya karena orang yang paling mulia di sisi Allah hanya orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh Abu Daud mengenai turunnya ayat ini yaitu tantang peristiwa seorang sahabat yang bernama Abu Hindin yang biasa berhidmad kepada nabi untuk mengeluarkan darah kotor dari kepalanya, dengan pembekam yang bentuknyaseperti tanduk. Rasullullah saw menyuruh kabilah Bani Bayadah agar menikahkan Abu Hindin dengan seorang wanita di kalangan mereka. Mereka bertanya:”Apakah patut kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak?”. maka  Allah menurunkan ayat ini, agar tidak mencemoohkan seseorang karena memandang rendahnya kedudukannya.
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan, padahal menurut pandangan Allah orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada-Nya.
Dalam ayat ini telah jelas mengandung bahwasanya setiap manusia mempunyai hak untuk dihormati, karna pada dasarnya semua manusia dimata Allah kedudukannya sama melalui ketakwaanlah yang membedakan manusia di hadapan Allah. Maka dari itu kita sebagai makhluk social harus berlaku adil pada setiap orang dalam kondisi apapun karena ada hak pada setiap pribadi manusia yang wajib dihormati.
Surah Quraisy:3-4:
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (3). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.


Tafsir surah Quraisy:3-4:
Allah SWT memberikan bimbingan kepada mereka untuk mensyukuri  nikmat yang besar ini, maka Dia berfirman, “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini,”  Artinya, hendaklah mereka mentauhidkan-Nya dalam beribadah,  sebagaimana firman-Nya,”Katakanlah,’hanyalah aku diperintahkan untuk beribadah kepada Rabb negeri yang telah dimuliakannya ini. Dan milliknyalah segala sesuatu. Dan aku diperintahkan untuk masuk golongan orang-orang muslim.”
Firman Allah SWT,”Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar,” yaitu yang telah memberikan makan itu adalah Pengurus rumah ini, “Dan mengamankan mereka dari ketakutan.” Artinya, Allah telah member karunia kepada mereka berupa keamanan dan kesenangan. Maka tunggalkanlah dia dalam beribadah. Jangan menyekutukannya dengan yang lain.[17]
Surah Al-Nur:27:
”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumah kamu, sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu agar kamu ingat.
Tafsir surah Al-Nur:27:
Kelompok ayat-ayat ini berbicara tentang etika kunjung mengunjungi, yang merupakan bagian dari tuntunan Ilahi yang berkaitan dengan pergaulan sesama manusia, karena seperti apa yang dikemukakan pada awal uraian, bahwa surah ini mengandung sekian banyak ketetapan hukum-hukum dan tuntunan-tuntunan yang sesuai antara lain dengan pergaulan antar manusia pria-wanita.
Al-Biqa’i menghubungkan  ayat ini dengan ayat-ayat yang lalu dari sisi bahwa apa yang dilakukan penyebar isu itu pada hakikatnya prasangka buruk yang ditanamkan oleh iblis dalam hati mereka terhadap orang-orang beriman. Di sini Allah memerintahkan untuk menutup salah satu pintu masuknya setan, dengan  jalan memerintahkan kaum muslimin untuk menghindari tempat  dan sebab-sebab yang dapat menimbulkan kecurigaan dan prasangka buruk. Karena itu, di sini diperintahkan untuk meminta izin sebelum masuk ke rumah.[18]
Diriwayatkan oleh Imam Malik  bahwa Zaid Ibn Tsabit berkunjung ke rumah ‘Abdullah Ibn Umar. Di pintu dia berkata: “Bolehkah saya masuk?” Setelah diizinkan  dan dia masuk ke rumah, ‘Abdullah berkata kepadanya: “Mengapa engkau menggunakan cara meminta izin orang-orang Arab masa jahiliyah?” Jika engkau meminta izin maka ucapkanlah as-Salamu ‘Alaikum, dan bila engkau mendapatkan jawaban, maka bertanyalah: Bolehkah  saya masuk?”.

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan tiap-tiap ayat
Tafsir Surat Al-An’am ayat 151:
            Dalam ayat ini mengandung penjelasan yang berkaitan tentang hak anak dalam memperoleh penghidupan dari orang tuanya, hak untuk hidup. Dalam ayat ini juga terdapat hak Allah yang mana harus dipenuhi oleh hambanya yang taat akan perintahnya, yaitu dilarangnya mempersekutukan Allah dengan sesuatupun. Dan kewajiban seorang anak dalam berbakti kepada orang tuanya. Dalam Perundangan Indonesia pun diatur yaitu dalam Bab XI (Hak Azasi Manusia) pasal 28 A dan 28 I ayat 1 tentang Hak untuk hidup, pasal 28 G ayat 1 tentang Hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman, pasal 28 G ayat 2 dan 28 I ayat 1 tentang hak bebas dari penyiksaan, pasal 28 B ayat 2 tentang hak Anak, pasal 34 ayat 1 yaitu Hak untuk mendapat pemeliharaan bagi anak-anak.
Tafsir Surat Al-Maidah ayat 32:
            Dalam ayat ini mengandung ketetapan hukum bagi Bani Israil yang pada saat itu telah melampui batas dalam perampasan hak manusia karena telah melakukan kerusakan dimuka bumi, ayat ini menjelaskan bahwasanya setiap orang berhak memperoleh kehidupan yang aman tanpa adanya ancaman ataupun gangguan dari orang lain. Dalam UUD pasal 28 G ayat 1 yaitu Hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman, dan pasal 28 G ayat 2 dan 28 I ayat 1 yaitu bebas dari penyiksaan.
Tafsiran Surat Al-Baqoroh ayat 256, tafsiran Surat Yunus ayat 99, tafsiran Surat al-Kahfi ayat 29, tafsiran surat Al-Kafirun ayat 6:
Dalam ayat-ayat ini berbicara tentang kebebasan agama, kebebasan dalam menentukan kepercayaan masing-masing. Tertuang dalam UU pasal 28 G ayat 2, pasal 28 I ayat, dan pasal 29
Tafsiran surat Al-Jumuah ayat 10:
            Dalam ayat ini menerangkan tentang hak yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan-Nya yaitu hak kebebasan dalam mencari rezeki untuk memperoleh kehidupan yang layak di dunia,namun ayat sebelumnya menjelaskan hak Allah yaitu diwajibkannya sholat jum’at dan Allah memerintahkan untuk meninggalkan perniagaan pada waktu datangnya sholat jum’at. Dalam UU dijelaskan dalam pasal 28 E ayat 1 yaitu Hak untuk memilih pekerjaan dan pasal 27 ayat 2.
Tafsir Surat AL-Isra ayat 20:
            Dalam ayat ini menerangkan kebebasan manusia dalam bersikap dan menentukan kehidupannya masing-masing. Dalam Deklarasi HAM Islam Sedunia dalam pasal-pasalnya juga disebutkan yaitu Hak menikmati keleluasaan pribadi.
Tafsir surat Al-Hujarat ayat 13:
            Dalam ayat ini menjelaskan tentang berbagai macam ciptaan Allah yang bahwasanya manusia diciptakan dalam berbagai jenis,golongan,suku, dan bangsa yang mana mempunyai tujuan yaitu agar saling mengenal satu sama lain dan saling menghormati. Karena nilai ketakwaan lah yang membuat tinggi derajat seseorang dihadapan Allah. Dalam ayat ini mengandung hak-hak manusia seperti dalam UU pasal 28 tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan fikiran dengan lisan dan tulisan. Pasal 28 I ayat 1 yaitu Hak untuk tidak diperbudak. Pasal 28I ayat 3 yaitu tentang identitas budaya dan hak masyarakat tradisional.
Tafsir surat Al-Quraisy ayat 3-4 :
            Ayat ini berbicara tentang jaminan rezeki dan keamanan dari Allah swt. Dan kita sebagai makhluk social harus saling menghormati dan menghargai hak orang lain. Dan berkaitan pula dengan penjelasan HAM, dalam UU pasal 28 ayat 1 yaitu hak atas rasa aman dan bebas dari ancaman.
Adanya ajaran tentang HAM dalam Islam menunjukan bahwa Islam sebagai agama telah menempatkan manusia sebagai makhluk terhormat dan mulia. Oleh karena itu, perlindungan dan penghormatan terhadap manusia merupakan tuntutan ajaran itu sendiri yang wajib dilaksanakan oleh umatnya terhadap sesama manusia tanpa terkecuali. Hak-hak yang diberikan Allah itu bersifat permanent, kekal dan abadi, tidak boleh dirubah atau dimodifikasi (Abu A’la Almaududi, 1998). Dalam Islam terdapat dua konsep tentang hak, yakni hak manusia (hak al insan) dan hak Allah. Setiap hak itu saling melandasi satu sama lain. Hak Allah melandasi manusia dan juga sebaliknya. Dalam aplikasinya, tidak ada satupun hak yang terlepas dari kedua hak tersebut, misalnya sholat.Sementara dalam hal al insan seperti hak kepemilikan, setiap manusia berhak untuk mengelola harta yang dimilikinya.
Islam datang secara inheren membawa ajaran tentang HAM, ajaran islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat praktek kehidupan umat islam.
Dilihat dari tingkatannya, ada 3 bentuk HAM dalam Islam, pertama, Hak Darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga eksistensinya bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak hidup dilanggar maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder (hajy) yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat hilangnya hak-hak elementer misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga hak tersier (tahsiny) yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder (Masdar F. Mas’udi, 2002).
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan mengenai Hak Azasi Warga Negara. Semoga dapat kita jadikan pelajaran penting dalam hidup sesuai dengan syari’at agama. Amin
 


Daftar Pustaka:
1.      Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah : pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an/M.Quraish Shihab volume 3, 4, 6, 9. Jakarta : Lentera Hati 2007
2.      Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. Kemudahan dari Allah:ringkasan ibnu katsir/penulis Muhammad Nasib Ar-Rifa’I;penerjemah, Syihabudin; Jakarta:Gema Insani,2000
3.      Dahlan Zaini,dkk. Tafsir Al-Quran UII. Yogyakarta: PT.DANA BAKTI WAKAF (Milik nBadan Wakaf Universitas Islam Indonesia.
5.      http://fikrah-dakwah.blogspot.com








[1] Http://www.Tayibah.com/
[2] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara seperti qishahs membunuh orang murtad,rajam dan sebagainya.
[3] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Volume 4 (Jakarta, Penerbit Lentera Hati)cet ke IX, hal 338-339
[4] Yakni: membunuh orang bukan Karena qishaash
[5] hukum Ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, Karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan Karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya
[6]   ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.


[7] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Volume 3 (Jakarta, Penerbit Lentera Hati)cet ke IX, hal 81-83

[8] http://fikrah-dakwah.blogspot.com
[9] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t
[10] Kemudahan dari Allah : ringkasan tafsir ibnu Katsir / Muhamad Nasib Ar-Rifa’I: penerjemah, Syihabuddin (Jakarta,Gema Insani Press,1999)cet.1, hal 427-429
[11] http://fikrah-dakwah.blogspot.com
[12] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Volume 6 (Jakarta, Penerbit Lentera Hati)cet ke VIII, hal 164-166


[13] Kemudahan dari Allah : ringkasan tafsir ibnu Katsir / Muhamad Nasib Ar-Rifa’I: penerjemah, Syihabuddin (Jakarta,Gema Insani Press,2000)cet.1, hal 133-134

[15] Kemudahan dari Allah : ringkasan tafsir ibnu Katsir / Muhamad Nasib Ar-Rifa’I: penerjemah, Syihabuddin (Jakarta,Gema Insani Press,2000)cet.1, hal 1063-1065
[16] Kemudahan dari Allah : ringkasan tafsir ibnu Katsir / Muhamad Nasib Ar-Rifa’I: penerjemah, Syihabuddin (Jakarta,Gema Insani Press,2000)cet.1, hal 44
[17] Kemudahan dari Allah : ringkasan tafsir ibnu Katsir / Muhamad Nasib Ar-Rifa’I: penerjemah, Syihabuddin (Jakarta,Gema Insani Press,2000)cet.1, hal 1051-1052
[18] M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah Volume 9 (Jakarta, Penerbit Lentera Hati)cet ke VIII, hal 318

1 komentar:

dunia ini memang indah,, tergantung bagaimana kita menjaga keindahan itu,,. untuk itu mari kita bersatu, satu pikiran satu tujuan untuk Indonesia merdeka,.. berpisah kita berjuang bersatu kita memukul..