Rabu, 29 Juni 2011

Kepemimpinan Ketua Umum KH DR. Tarmizi Thaher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia ( DMI )


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Balakang Masalah
            Sekarang ini banyak sekali figur seorang pemimpin, baik sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin dalam sebuah organisasi sosial atau pmimpin organisasi lainnya yang eksis ditengah-tengah masyarakat. Karakteristik dan modal kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin rakyat, seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada karyawan untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing ummatnya untuk beribadah kepada tuhan dan sebagainya. Jadi, pribadi seorang pemimpin dalam situasi yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula  dan tentu saja memiliki gaya kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.
            Kepemimpinan dalam Islam, seperti organisasi keagamaan menunujukkan adanya figur pemimpin yang memiliki kekuatan kharisma yang tinggi dalam menjalankan kepemimpinannya.
            Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah manusia dengan subyektifitas masing-masing. Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya memiliki sifat, ciri atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya antara lain :
1.      Berpandangan jauh kemasa depan
2.      Bersikap dan bertindak bijaksana
3.      Berpengetahuan luas
4.      Bersikap dan bertindak adil
5.      Berpendirian teguh
6.      Mempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil
7.      Berhati ikhlas
8.      Memiliki kondisi fisik yang baik
9.      Mampu berkomunikasi
Kepemimpinan dakwah adalah syarat yang harus dimiliki oleh setiap pelaku dakwah. Kepemimpinan dakwah adalah suatu sikap atau sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah yang mendukung funginya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi.[1]   
Mesjid sebagai pusat Ibadah, dakwah dan peradaban islam dalam sejarahnya yang panjang, mengalami berbagai macam perubahan dan pergeseran. Dari perubahan yang positif sampai pergeseran yang bersifat negative. Selama beada dalam pergeseran yang negative, ia bergeser dari fungsi yang sesungguhnya sampai pada fungsi yang sangat terbatas. Ia tidak lagi menjadi pusat dakwah dan peradaban islam, tetapi hanya berfungsi sebagai tempat ibadah mahdah saja.
            Bila kita melakukan pengamatan dengan teliti terhadap kenyataan yang berkembang dewasa ini, pada umumnya masjid-masjid yang akan dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu, 1. masjid yang sesuai dengan konsep ajaran islam, atau paling tidak bisa mendekati fungsi masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan 2. masjid yang tidak sesuai lagi dengan profil masjid yang dikehendaki ajaran islam.
Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi ummat islam untuk mewujudkan SDM yang tangguh dan berkualitas sebagai pusat pembinaan ummat. Eksisitensi masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir dilingkungan masyarakat. Masjid sebagai symbol eksistensi dari sebuah masyarakat muslim dalam sebuah komunitas muslim disamping dapat menggambarkan kuantitas kaum muslimin yang ada juga dapat menggambarkan kuantitas pemahaman dan pengalaman nilai-nilai islam dan ajarannya.
Kepemimpinan atau leadership  pada hakikatnya adalah satu State of mine dan state of the spirit, suatu sikap hidup dalam fikiran dan sikap kejiawaan yang merasa terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan,perbuatan, prilaku dan ucapan mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur dalam segala bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.[2]
Penulis menganggap leadership itu ada dalam jiwa KH. DR. Tarmizi Thaher.seorang pemimpin Dewan Masjid Indonesia.
DMI yang dipimpin oleh KH. DR. Tarmizi Thaher ini banyak berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan untuk memakmurkan masjid, oleh karena itu penulis tertarik untuk memaparkan tentang siapa sebenarnya KH. DR. Tarmizi Thaher, bagaimana beliau memimpin DMI, serta meneliti kepemimpinan beliau dalam mengembangkan DMI.
Dengan demikian penulis memilih judul skaripsi ini adalah ”Kepemimpinan Ketua Umum KH DR. Tarmizi Thaher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia ( DMI )”
B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
  1. Pembatasan Masalah
Banyak sekali hal yang menarik dan patut diceritakan tentang KH. DR. Tarmizi  Thaher baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin, juga berbagai aktifitas di lingkungan keluarga, lingkungan tempat kerja, maupun dilingkungan masyarakat.
Mengingat keterbatasan penulis dan agar pembahasannya terfokus dalam berbagai hal, maka penulis membatasi permasalahan dalam satu segi saja yaitu, hanya pada kepemimpinan yang dilakukan KH. DR. Tarmizi Thaher pada DMI Periode 2006-2011.
  1. Perumusan masalah
Adapun masalah yang akan diteliti dan dipaparkan dalam skripsi ini adalah sekitar :
a.       Bagaimana kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher pada DMI ?
b.      Bagaimana respon pengurus terhadap kepemimpinan KH. DR. Tarmizi   Thaher pada DMI ?
C.     Tujuan Dan Manfaat Penelitian
  1. Tujuan Penelitian
            Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher pada DMI.
b.      Untuk mengetahui respon pengurus terhadap kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher pada DMI
  1. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian di atas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :
a.       Manfaat Teoritis
1)      Memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya civitas akademika Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk terus mengadakan penelitian lebih mendalam tentang kepemimpinan pada lembaga-lembaga dakwah.
2)      Memberikan kontribusi Khazanah ilmu pengetahuan kepada fakultas, jurusan serta mahasisiwa tentang pola kepemimpinan dakwah
b.      Segi Praktis
1)      Dapat dijadikan model dan panduan kepemimpinan dakwah
2)      Sebagai informasi mengenai aktifitas DMI serta gambaran metode kepemimpinan yang cocok untuk menghadapi berbagai macam tantangan dakwah.
3)      Untuk memperkaya pengetahuan tentang model-model kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher bagi penulis khususnya dan bagi aktifis dakwah.
D.    Metodelogi Penelitian
1.      Metode penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunkan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yaitu, metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya dari penelitian.[3]
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor lembaga DMI yang beralamat Jl. Taman Wijaya Kusuma ruang 30, Masjid Istiqlal Jakarta Pusat. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009.
3.      Subjek Dan Objek Penelitian
Subjek adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sabjek dalam penelitian ini adalah pendiri dan para pengurus DMI pimpinan pusat, sedangkan objek penelitian ini adalah kepemimpinan ketua umum KH DR. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia.
4.      Tekhnik Pengumpulan Data
Adalah suatu cara yang dapat dihasilkan untuk memperoleh suatu kebenaran yang diambil dari data yang kita miliki yang bisa dipandang secara ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang diperoleh secara keseluruhan. Data yang diambil adalah data primer yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan narasumber. Adapun tekhnik pengumpulan data tersebut sebagai berikut :
a.       Wawancara
Yaitu alat suatu pengumpulan data dengan bertemu langsung dengan pengurus DMI pusat dan diberikan pertanyaan langsung oleh penulis tentang kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher dan seluk beluk DMI.
b.      Observasi atau Pengamatan
Tekhnik yang digunakan untuk mengamati langsung kegiatan DMI Pusat dengan harapan akan mempermudah serta memperoleh suatu keakuratan data.
c.       Study Kepustakaan
merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan objek kajian skripsi ini seperti buku, catatan-catatan, artikel serta dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kajian ini, yang diperoleh langsung dari lembaga bersangkutan maupun yang diperoleh dari sumber lain di luar lembaga tersebut.
5.      Analisa Data
Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu penulis berusaha menjelaskan mengenai kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher, disertai kegiatan-kegiatan dalam mengembangkan DMI, dan selanjutnya data-data yang ada akan dianalisis secara komprehensif.
E.     Tinjauan Pustaka
            Sebelum mengadakan penelitian sebagai langkah awal dalam penyusunan skripsi yang akan penulis buat, penulis melakukan study kepustakaan untuk mempelajari skripsi, tesis, disertasi atau karangan lain serta buku-buku yang ada hubungannya dengan judul yang penulis garap.
            Setelah melakukan suatu kajian pustaka, maka penulis menemukan sebuah skripsi yang hampir sama dengan yang penulis buat saat ini. Tetapi terdapat beberapa perbedaan. Skripsi itu berjudul ” Peran DMI DKI Jakarta Dalam Meningkatkan Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Tabligh ”. Disusun oleh Ahmad Syafik, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam pada tahun 2007.  Menganalisa peran DMI untuk meningkatkan masjid sebagai pusat kegiatan tabligh sehingga dapat menciptakan generasi yang handal dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, peduli dan selalu bertakwa kepada Allah SWT.
Sedangkan skripsi penulis yangberjudul  Kepemimpinan  Ketua Umum KH. DR. Tarmizi Taher pada Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, sepanjang pengamatan penulis karya Ahmad Syafiq lebih terfokus pada peran DMI cabang DKI jakarta dalam hal tabligh, sedangkan penulis lebih membahas tentang bagaimana seorang KH. DR. Tarmizi Taher dalam memimpin Dewan Masjid Indonesia.
F.      Sistematika Penulisan
            Untuk memudahkan penulisan dalam menguraikan dan mengananlisa yang akan dibahas dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka penulis mensistematisasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab sebagai berikut :
BAB I     : PENDAHULUAN, Bab ini menjelaskan seputar latar belakang masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, methodologi, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II    : LANDASAN TEORI, bab ini menjelaskan tentang Kepemimpinan seperti: pengertian kepemimpinan, hakekat kepemimpinan, tipe dan fungsi kepemimpinan, gaya kepemimpinan dan kepemimpinan yang efektif, juga menjelaskan tentang masjid seperti :  pengertian masjid, peran masjid dan fungsi masjid.
BAB III   : GAMBARAN UMUM KH. DR. TARMIZI THAHER DAN PIMPINAN PUSAT DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI ). Bab ini menjelaskan tentang latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, karir KH. DR. Tarmizi Taher, perjalanan dakwah KH. DR. Tarmizi Taher, dan karya-karya Tarmizi Taher. Juga menjelaskan tentang  sejarah berdirinya DMI, Latar belakang DMI, maksud dan tujuan didirikan, visi dan misi DMI, struktur pengurus DMI serta program kerja DMI.
BAB IV :  ANALISIS KEPEMIMPINAN DR.H. TARMIZI TAHER PADA  DEWAN MASJID INDONESIA. Yang berisi tentang Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia, Respon pengurus terhadap Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher pada pimpinan pusat Dewan Masjid Indonesia
BAB V    :  PENUTUP, yang terdiri dari dua sub yaitu kesimpulan dan saran.
Tekhnik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku petunjuk pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat lebih mudah mengaplikasikannya dalam penulisan skripsi



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertiankepemimpinan, Hakekat Kepemimpinan dan efektifitas kepemimpinan
1.   Pengertian Kepemimpinan
            Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang berarti membimbing atau dituntun.[4] Kepeemimpinan mendapat awalan “ke” dan sisipan “em” serta akhiran “an”menurut tata bahasanya awalan “ke” dan “ke-an” berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau peristiwa. Sedangkan sisipan “em” pada kata pemimpin berfungsi membentuk kata baru yang artinya tidak berbeda dengan kata dasarnya. Arti sisipan “em” disini mengandung sifat. Jika pemimpin bnerasal dari kata pimpin yang mendapat awalan “pe” yang mempunyai arti orang yang melakukan . jadi, pemimpin adalah orang yang memimpin.[5]
            Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan berbeda dengan pimpinan, “pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnya dimiliki setiap pemimpin”.[6]
            Leadership asal katanya adalah Lead, sedang lead berasal dari kata Lithan yang berarti pergi. To lead berarti to guide, to direct in action atau membimbing, mengarahkan dalam tindakan.[7] Leader adalah orang yang membimbing atau mengarahkan orang lain. Sedangkan leadership atau kepemimpinan adalah sifat yang dimiliki seseorang sehingga mampu membimbing orang lain, atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain dengan kemauan sendiri mau berbuat seperti yang dikehendaki.[8]
Secara terminologis, menurut Cheppy Hari Cahyo ”kepemimpinan adalah merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaki”.[9]
            Menurut Zaini Muchtarom, seraya mengutip dari pendapat GR. Terry “kepemimpinan adalah hubungan dimana seseorang atau pemimpin mempengaruhi orang-orang untuk mengerjakan tugas bersama dengan kemauan mereka guna mencapai tujuan yang dikehendaki pemimpin”.[10]           
Adapun menurut Abdul Syani “kepemimpinan adalah merupakan suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang pemimpin terhadap orang lain   ( sekelompok orang ) atau melakukan aktifitas tertentu sesuai dengan kehendaknya”.[11]
Secara umum dan sederhana kepemimpinan didefinisikan sebagai seni atau proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan untuk bekerja dalam rangka mencapai suatu tujan tertentu. Konsep ini lalu diperluas lagi bahwa yang dimaksud dengan keinginan untuk bekerja disini adalah keinginan bekerja yang disertai dengan penuh semangat dan kepercayaan.[12]
            Dari beragam pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi orang-orang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.
2.   Hakekat Kepemimpinan
            Yang dimaksud hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan (Followership) yaitu berarti adanya keinginan orang-orang untuk mengikuti yang akan membuat seseorang menjadi pemimpin.[13] Dengan kata lain hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada pimpinan, dimana tingkah laku bawahan menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin karena pengaruh interpersonal.pimpinan terhadap bawahannya tersebut.
            Proses kepemimpinan adalah perwujudan perubahan yang terjadi antara pengikut dan pemimpin dalam situasi perubahan ini haruslah memberi kepuasan kepada dua belah pihak.[14] Untuk itu hubungan antara pemimpin dan pengikut hendaknya hubungan yang bersifat timbal balik dan terbuka atau bersifat komunikatif. Dalam hal ini, pemimpin dapat menerima yang dipimpin dan begitupun sebaliknya.
            Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya kiat kepemimpinan dalam teori dan praktek menjelaskan bahwa hakekat kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.[15] dimana tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memrlukan seorang pemimpin (leader) agar kerjasama tersebut bias menjadi efektif.
Sejarah manusia dalam bekerjasama atau berorganisasi menunjukkan keberhasilan mencapai tujuan sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan efektifitas kepemimpinan. Oleh karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat sentral dalam sebuah organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam suatu organisasi, dan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan oleh tepat atau tidaknya seseorang yang diangkat sebagai oemimpin dan efektif atau tidaknya kepemimpinan yang diterapkan.[16] Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemimpin harus dapat memahami dan mengendalikan anggota yang terdiri dari banyak orang dengan segala perbedaannya.[17]
Terkait mengenai hal ini Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam kehidupan sebuah kelompok ( organisasi ) diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsure kepemimpinan,[18] sebagai berikut :
  1. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dan situasi yang berbeda mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.
  2. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikat agar menggunakan kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan
  3. Kemampuan untuk menrapkan perilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat dipandang sebagai suatu kepemimpinan.
Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat kepemimpinan adalah kepengikutan bawahan kepada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuam bersama dalam organisasi dapat tercapai.
3.   Kepemimpinan Efektif
            Permasalahan – permasalahan yang dihadapi beberapa kelompok akhir – akhir ini tidak dapat dipecahkan tanpa adanya organisasi yang sukses. Tapi organisasi tidak akan sukses tanpa adanya kepemimpinan yang efektif. Para pemimpin saat ini menghadapi keadaan yang sangat sulit, dimana  laju globalisasi yang meningkat dengan cepat, akibatnya kegiatan kepemimpinan mencadi begitu rumit dalam situasi armada kerja adalah majemuk sehingga efektifitas kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjawab tantangan kedepan. Oleh karena itu, menurut Muhammad ramadhan kepemimpinan yang efektif yaitu kepemimpinan yang mempu mengadaptasi gayanya agar sesuai dengan situasi tertentu. Hal ini erat hubungan nya dengan tingkat perkembangan dan kematangan bawahan dalam melaksanakan tugas tertentu.
            Efektifitas seorang  pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe kepemimpinan yang digunakannya, tetapi tergantung pada caranya menerapkan gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang dihadapinya.
            Semakin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui pendekatan manusiawi ( Human approach) menunjukan kecendrungan semakin tinggi dan tebina suatu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk bersama. Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan kepentingan.
            Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul Dasar – dasar Manajemen mengatakan :
            Factor – factor yang mempengarui efektifitas pemimpin antara lain sebagai berikut :
  1. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
  2. Harapan dan prilaku atasan
  3. Kebutuhan tugas
  4. Karakteristik, pengharapan dan prilaku bawahan
  5. Iklim dan kebijakan organisasi
  6. Harapan dan prilaku rekan
Semua faktor – faktor ini mempengarui pemimpin melakukan fungsi kepemimpinannya.[19]
Edwin Giseli menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari kepemimpinan efektif yaitu :
a.        Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelkasanaan fungsi manajeman, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain
b.       Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan , pemikiran kreatif dan daya pikir          
c.        Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya pikir
d.       ketegasan atau kemampuan membuat keputusan dan memecahkan masalah dengan cakap dan tepat
e.        Kepercayaan diri atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi masalah – masalah
f.         Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak, tidak tergantung, mengembangankan suatu aktifitas dan menemukan cara – cara baru dan inovasi.
Jadi, fungsi kepemimpinan yang efektif menjadikan bawahann bekerja efektif, kearah pencapaian tujuan dan karenanya organisasi menjadi efektif. Dengan demikian menurut penulis kepemimpinan yang efektif tergantung bagaimana kemampuan seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Dapat menyesuaikan diri yaitu dapat mendelegasikan wewenag secara efektif dengan memmpertimbangkan kemampuan mereka, kemampuan bawahan dan tujuan yang harus diselesaikan.   

B. Fungsi,Tipe dan Gaya Kepemimpinan
1.  Fungsi Kepemimpinan
            Fungsi berasal dari kata “function” yang berarti fungsi jabatan kedudukan. Kata fungsi adalah kata benda menyatakan suatu posisi, dengan kata lain kata fungsi mencerminkan suatu yang statis. Dari pengertian fungsi dan kepemimpinan yang telah diterangkan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan fungsi kepemimpinan adalah suatu posisi dimana seorang pemimpin memfungsikan dirinya sebagai orang yang memimpin.
            Mengenai fungsi kepemimpinan Kartini Kartono dalam bukunya pemimpin dan kepemimpinan menjelaskan bahwa fungsi kepemimpinan ialah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau menggunakan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjlin jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise / pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang dituju, sesuai dengan ketentuan waktu perencanaan.[20]
            Lebih jelas lagi J. Riberu dalam bukunya Dasar-Dasar Kepemimpinan  telah menerangkan dan membagi fungsi kepemimpinan kepada tiga bagian yaitu :
a.   Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat
b.      Tugas menilai situasi hidup masyarakat
c.   Tugas menetukan sikap / tindakan terhadap situasi hidup[21]
Seorang pemimpin bertugas menanggapi situasi yang terjadi ditengah - tengah masyarakat atau kelompoknya . sesorang pemimpin harus mengetahui masalah – masalah yang terjadi di masyarakat dan harus mengetaui keinginan – keinginan masyarakat.
Agar satu kelompok dapat dipimpin secara efektif, seoarang pemimpin paling sedikit harus menjalankan dua fungsi utama yaitu :
a.    Fungsi Pemacahan Sosial ( problem solving function ) fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar, pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok.
b.      Fungsi Sosial, fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan dan menciptakan suasana bagi kelompoknya.
Dari beberapa definisi diatas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan poisinya sebagai orang yang memimpin yang menjadi Penggerak utama dalam keberlangsungan sebuah organisasi.
2. Tipe Kepemimpinan
            Yang dimaksud dengan tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam memimpin. Segala bentuk yang dilakukan seorang pemimpin dapat dijadikan pola untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya.

            Ada beberapa tipe pokok kepemimpinan yaitu:
  1. Tipe Kepemimpinan Authoratic ( Otokratis )
Tipe kepemimpinan ini mengutamakan kekuatan dan posisi formalnya. Pemimpin yang sangat authoritarian biasanya kurang memperhatikan kebutuhan bawahan dan lebih memntingkan penyelesaian tugas, semua aktifitas ditentukan oleh atasan; dan komunikasinya hanya satu arah saja, yaitu kebawah saja.[22]
Ciri-ciri kepemimpinan ini adalah sebagai berikut :
a)      Mengaggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b)      Mengidentikkan tujuan pribadi  dari pada tujuan organisasi
c)      Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata
d)      Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena ia menganggap dialah yang paling benar
e)      Selalu bergantung pada kekausaan formal
f)    Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.[23]
Dari sifat-sifat yang dimiliki tipe pemimpin otokratis tersebut diatas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak  menghargai hak-hak dari manusia.
  1. Tipe Kepemimpinan Laissez-Faire ( free reign )
Tipe kepemimpinan ini membiarkan para bawahan mengatur diri mereka sendiri, pemimpin hanya menetukan kebijaksanaan dan tujuan umum. Sedangkan bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan dan pencapaian tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok. Meskipun gaya kepemimpinan seperti ni menciptakan masalah besar namun masih ada situasi-situasi yang cocok untuk penerapan secara efektif.[24]
  1. Tipe Kepemimpinan Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a)      Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama
b)      Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatan
c)      Senang pada formalitas yang berlebihan
d)      Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e)      Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f)        Mengemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
dari sifat-sifat yang dimiliki pemimpin militeristis jelaslah bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

  1. Tipe Kepemimpinan Fathernalistis
Tipe pemimpin fathernalistis mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan seperti ini menggunakan pengaruh yang bersifat kebapakan dan menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan terkadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimental.
Sifat-sifat umum dari tipe kepemimpinan fathernalistis adalah sebagai berikut :
a)      Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b)      Bersikap terlalu melindungi bawahan
c)      Jarang memberikan keempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
d)      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkann inisiatif daya kreasi
e)      Sering menganggap dirinya maha tahu.[25]
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
  1. Tipe Pemimpin Kharismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memilikim kharisma. Hal yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
Mengapa mereka mengikuti pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebeb karena kurangnya seorang pemimpin yang kharismatik, maka sering hanya dikatakan pemimpin yang demikian hanya diberkahi dengan kekuatan ghaib ( Super Natural Power ), perlu dikemukakan bahwa kenyataan umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebgainya tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin kharismatis.
  1. Tipe Kepemimpinan Partisipatif ( Democratic )
Tipe pemimpin yang demokratis yaitu tipe  kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku pelindung, penyelamat, dan perilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi.
Tipe kepemimpinan ini melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Disini pemimpin lebih memperhatikan kebutuhan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin juga memberikan kemungkinan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam bentuk pemberian informasi, pendapat dan usul-usul.
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan yng demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang paling baik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut :
a)      Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia didunia
b)      Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi
c)      Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya
d)      Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan membrikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kretifitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan.
e)      Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh pemimpin, tipe demokratis dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
  1. Tipe kepemimpinan menurut Haidar Nawawi dan Martin Handari
Menurut Haidar Nawawi dan M Martin Handari terdapat juga tipe kepemimpinan pelengkap yang merupakan turunan dari tipe-tipe kepemimpinan pokok yaitu :[26]
1)      Tipe Kepemimpinan Simbol
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar lambang / symbol tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya, walaupun demikian kedudukannya tidak dapat digantikan oleh orang lain.

2)      Tipe Kepemimpinan Pengayom
Tipe kepemimpinan ini yang menempatkan seseorang sebagai kepala yang layknya sebagaimana berfungsi sebagai kepala keluarga. Pemimpin memiliki kesediaan dan kesungguhan dalam mengayomi anggotanya, dengan berbuat segala sesuatu yang layak dan diperlukan organisasinya.
3)      Tipe Kepemimpinan Ahli
Tipe kepemimpinan ini harus dujalankan oleh seorang yang memiliki keahlian atau keterampilan tertentu yang sesuai dengan bidang garapan yang dikelola oleh organisasinya. Dengan kata lain pemimpin harus professional dibidangnya.
4)      Tipe Kepemimpinan Organisatoris
Tipe kepemimpinan ini dijalankan oleh para pemimpin yang senang dan memiliki kemampuan mewujudkan kerjasama yang pelaksanaannya berlangsung secara sistematis dan terarah dan ada tujuan yang jelas. Pemimpin bekerja secara berencana, bertahap, dan tertib.
5)      Tipe Kepemimpinan Agigator
Tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan-tekanan, adu domba, memperruncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar perpecahan / potensi konflik dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Agitasi yang dilakukan terhadap kelompok atau orang yang berada diluar organisasinya semata-mata untuk kepentingan orgnisasinya bahkan untuk kepentingan pribadinya.
3.   Gaya Kepemimpinan
            Kata gaya berasal dari bahasa inggris yaitu kata stayle yang berarti gaya  ;cara ( hidup, bertindak dan sebagainya ).[27] Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai seorang pemimpin cara ia bergerak dan tanpil dalam menggunakan kekuasaannya.[28]
            Leadership stayle dapat diartikan dengan gaya kepemimpinan. Maksudnya, cara yang diambil seseorang dalam rangka memperaktekkan kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dapat dipelajari dan diperaktekkan dan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.[29]
            Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain.[30]
 Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya manajemen membagi gaya kepemimpinan menjadi dua yaitu :
a. Gaya dengan orientasi tugas ( Task Oriented ). Pemimpin berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada perkembangan dan pertumbuhan karyawan.
b.      Gaya dengan orintasi karyawan ( employed oriented ). Pemimpin yang berorintasi pada karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan disbanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para angota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.[31]
C. Masjid
1.   Pengertian Masjid
            Masjid berasal dari kata sajada yaasjudu sujuudan masjidan  yang berarti “tempat merendah diri, tempat menyembah tuhan, tempat sujud, setiap tempat yang dipakai untuk sujud, setiap tempat yang dipakai untuk ibadah kepada Allah SWT, dan setiap tempat yang dipakai untuk menunduk kepada Allah SWT.
            Pengertian masjid menurut Istilah adalah tempat sujud, yaitu tempat ummat islam mendirikan shalat, Dzikir kepada Allah SWT dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah islamiah. Masjid secara umum seringkali diidentikkan dengan tempat shalat bagi mereka yang mengaku islam sebagai agamanya. Sejak zaman Nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat pelaksanaan Ibadah juga sebagai pusat kebudayaan, pusat pengaturan strategi perang dan damai, serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya ummat secara keseluruhan.            Masjid berarti tempat sujud, secara terminologi masjid juga dapat diartikan sebagai tempat beribadah ummat islam, khususnya dalam melaksanakan shalat. Masjid sering disebut dengan sebutan Baitullah  (rumah Allah) yaitu rumah yang dibangun sebagai sarana mengabdi kepada Allah SWT.[32]
            M. HR. Songge menyatakan masjid secara terminologis bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan Ibadah Mahdhah berupa Shalat wajib dan berbagai Shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan masjid dalam makna terminologinya adalah tempat diamana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.[33]
            Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddiqhi berpendapat bahwa pengertian masjid tidaklah khususnya mendirikan shalat Jum’at saja, bahwa perkataan masjid itu mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat dan jama’ah.[34]
            Syekh Sayid Syabiq dalam bukunya Fiqhu Sunnah  mengartikan masjid sebagai berikut : sebagaimana Allah telah mengkhususkan kepada ummat ini, yaitu menjadikan bumi dalam keadaan suci dan sebagai masjid, dimana saja orang muslim telah sampai pada waktu shalat maka shalatlah dimana ia berada atau mendapatinya.[35]
            Dalam pengertian sehari-hari masjid merupakan bangunan tempat suci kaum muslimin. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, maka hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT semata. Didalam Al-Qur’an ditegaskan :
¨
Artinya : Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu apa pun ( QS. Al-Jin : 18 )

Dari beberapa pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa masjid disamping tempat mendirikan shalat, juga mempunyai peran ganda dalam pengembangan dakwah Islam dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
2.   Peran dan Fungsai Masjid
            Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai tempat ibadah dan pembinaan ummat, maka ada sisi aktivitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jama’ah masjid harus mendapat pembinaan dari masjid sehingga meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.[36]
            Apabila masjid dituntut berfungsi membina ummat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua ummat baik dewasa, anak-anak, tua, muda, laki-laki, perempuan, yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar, sehat atau sakit serta kaya atau miskin.[37]
            Al-Qur’an menyatakan fungsi masjid antara lain dalam Firman Nya :
Artinya : Bertasbihlah kepada Allah dimasjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-orang yang tidak ( pula ) jual beli, atau aktivitas apapun. Dan mengingat Allah, dan ( dari ) kendirikan shalat membayar zakat mereka takut kepada suatu hari yang ( dihari itu ) hati dan pengelihatan menjadi guncang. ( QS. An-Nuur : 36-37 )

Masjid telah mengalami perkembangan pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hamper dapat dipastikan bahwa dimana komunitas ummat muslim berada disitu ada masjid. Memang ummat islam tidak bias terlepas dengan masjid. Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya disamping sebagai tempat ibadah.
Saat ini masjid memiliki fungsi dan peranan yang semakin terasa penting dalam kehidupan ummat islam, diantaranya sebagai berikut :
  1. Tempat Beribadah
sesuai dengan namanya masjid adalah tempat sujud. Maka diketahui bahwa makna masjid didalam islam adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridho Allah, maka fungsi masjid selain tempat untuk shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran islam.
  1. Tempat Menuntut Ilmu
masjid berfungsi sebagai tempat belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardhu A’in bagi ummat islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lainnya baik ilmu alam, social, keterampilan dan sebagainya.
  1. Tempat Pembinaan Jama’ah
dengan adanya ummat islam disekitarnya, masjid perlu mengaktualkan perannya dalam mengkoordinir mereka, baik untuk ibadah maupun aktivitas lainnya dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan ummat. Selanjutnya, ummat yang tewrkoordinir secara rapi oleh pengurus masjid ( dalam hal ini Takmir masjid / DKM / HJM ) dibina keimanan, ketakwaan, ukhuwah dan dakwah islamiyah.
  1. Pusat Dakwah dan Kebudayaan
masjid merupakan jantung kehidupan ummat islam, yang selalu berdenyut untuk menyebar luaskan dakwah islamiyah dan budaya islami. Dimasjid pula seharusnya direncanakan, diorganisir , dikaji, dilaksanakan atau dikembangkan dakwah dan kebidayaan islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat.[38]
  1. Pusat Kaderisasi
sebagai tempat Pembina jama’ah dan kepemimpinan ummat, masjid memerlukan aktivitas yang berjuang menegakkan islam secara berkesinambungan, patah tumbuh hilang berganti, karena itu, pembinaan kader perlu disiapkan dan dipusatkan dimasjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA.
  1. Basis kebangkitan ummat islam adad 15 hijriah ini telah dicanangkan ummat islam sebagai abad kebangkitan ummat islam. Ummat islam yang telah sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia, berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan ajaran islam.
  2. Tempat Kegiatan Masayarakat
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masjid merupakan pusat ibadah dalam pengertian luas yang mencakup juga pusat pusat kegiatan mu’amalat. Dimasjid kita dapat melakukan akad nikah. Ketika rencana kehidupan rumah tangga fimulai. Dari masjid kita dapat petuah dan wejangan tentang bagaimana kehidupan rumah tangga dijalankan. Dari masjid juga diperoleh kejelasan bagaimana kehidupan Islami dapat dijalankan baik menyangkut aspek ekonomi, soail,politik maupun budaya.[39]
Dalam rangka untuk pencapaian maksud tersebut maka perlu optimalisasi peran masjid sebagai pusat ibadah dan pengembangan masyarakat dalam meningkatkan keimanan, ketakwaan, pendidikan, keterampilan, kecerdasan, dan pembinaan persatuan ummat (Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Basyariah, dan Ukhuwah Wathoniah).


















BAB III
PROFIL  KH. DR. TARMIZI TAHER
DAN GAMBARAN UMUM DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )

A.     Profil  KH. DR. Tarmizi Taher
1.      Latar Belakang Keluarga.
Nama lengkap Tarmizi Thaher adalah Tarmizi Thaher. Beliau dilahirkan di Padang, Sumatera Barat  pada 7 Oktober 1936. Beliau lahir dari pasangan Taher Marah Sutan dengan isteri keduanya  Djawanis, istri pertama  Thaher   Marah Sutan wafat, saat menikah dengannya. Dengan isteri pertamanya, Thaher Marah sutan tidak memiliki anak. Saat Tarmizi Thaher dilahirkan, Thaher marah Sutan berusia 55 tahun, sementara Djawarnis masih berusia 20 tahun.[40]
Thaher Marah Sutan  merupakan sosok yang berjiwa nasionalis dan berintelektual tinggi. Maka tak mengherankan kalau saat ini DR. KH.. Tarmizi Thaher menjadi seorang da’i yang sukses dalam berdakwah untuk membawa ummat manusia di era modern ini agar ( ummat islam ) menjadi cerdas.
Intelektual asal minang ini sejak kecil hidup dalam keluarga bahagia karena mempunyai orang tua yang terdidik dan berada. Karena itu, Tarmizi Thaher dilahirkan tidak dirumah dan juga tidak oleh dukun beranak, tetapi dirumah sakit ibu dan anak ( IDA ). Yang sekarang menjadi rumah sakit tentara di kota padang, Sumatera Barat. Ini sesuatu yang masih jarang terjadi dimasa penjajahan, sebab orang tua KH. DR. Tarmizi Thaher adalah orang pribumi. [41]
KH. DR. Tarmizi Thaher memiliki seorang istri dan empat orang anak. Tiga diantaranya laki-laki, sedangkan yang kedua adalah perempuan. Keempat anaknya telah menikah dan meiliki putra putri ( cucu Tarmizi Thaher ).
Istri KH. DR. Tarmizi Thaher bernama Hj. Djoesma Tarmizi Thaher, lahir di Padang 13 Juli 1940. Anak pertamanya bernama Dipl. Ing. H. Afghan lulusan Braubschweigh Jerman. Adiknya bernama Ir. H. Sakina, M. Sc, alumni IPB yang merupakan salah satu staf UNDP. Putra ketiga KH. DR. Tarmizi Thaher bernama Dipl. Ing. H. Halbana, M. Sc, yang juga keluaran Achen Jerman. Sedangkan putera keempatnya bernama H. Digantoro, SE. dari lulusan UI. Menantu pertama KH. DR. Tarmizi Thaher bernama Hj. Ilona. Menantu keduanya bernama dr. H. Eka .S Utama, dengan anaknya Dina Rahmatika dan Nabila Farakhika. Sedangkan menantu ketiganya bernama dr. Hj. Shanti Budhiasih dengan putranya Moh. Ihsan. Dan menantu terakhir dr. Hj. Ratri Ainulfa, yang memiliki anak Moh. Faruqi dan Nasfah Aisyah Rahmah.[42]
2.      Latar Belakang Pendidikan
KH. DR. Tarmizi Thaher merupakan orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan. Sejak kecil, KH. DR. Tarmizi Thaher dididik kedua orang tuanya untuk menjadi orang yang berjiwa nasionalis dan siap membangaun bangsa, hal ini terlihat dari dunia pendidikan yang beliau tempuh. KH. DR. Tarmizi Taher menempuh SD dari tahun 1943 sampai 1949.
Prestasi gemilang selalu didapatkan KH. DR. Tarmizi Thaher dalam mengarungi dunia pendidikannya. Dengan begitu, tak mengherankan kalau ada salah satu guru SD nya yang mengakui prestasinya karena kecerdasannya.
Sewaktu SD KH. DR. Tarmizi Thaher duduk satu kelas dengan Tabrani ( kakaknya ). Beliau menempuh SD di tiga tempat. Pada 1945, KH. DR. Tarmizi Thaher sekolah dipadang, tempat sekolah Muhammad Yamin. Ketika perang meletus di Padang , 1946-1947, KH. DR. Tarmizi Taher dan keluarga pindah ke Padang Panjang, Sumatera Barat. Cerita kecil KH. DR. Tarmizi Thaher masih bisa didapatkan dari guru SD nya Ibu Retno Gundam. Setiap berada di padang Panjang ia selalu menjenguk gurunya tersebut , termasuk setelah menjabat Menteri Agama RI. Ibu Retno Gundam mengakui bahwa KH. DR. Tarmizi Taher seorang anak yang cerdas. Kecerdasan itu bukan sekedar pengakuan tetapi dibuktikan dengan predikat juara kelas. Bahkan ketika tamat SD KH. DR. Tarmizi Thaher menjadi juara I tingakat Kabupaten Tanah Datar ( Ketika itu masih Padang Panjang ).[43]
Setelah lulus, KH. DR. Tarmizi Thaher pun melanjutkan pendidikannya di Jakarta, yaitu di SMPN 4 Jakarta.  Pada tahun 1949 sampai tahun 1952, yang kini terletak dijalan Perwira, samping gedung Departemen Agama Pusat, Lapangan Banteng. Kemudian beliau meneruskan di SMA 2 Wijaya Kusuma Surabaya pada tahun 1952 sampai tahun 1959.
KH. DR. Tarmizi Taher pernah mengikuti latihan kilat militer PPKD Surabaya, pada tahun 1960, sebelum akhirnya memasuki Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ( UNAIR ) Surabaya. Yang tamat tahun 1964. Semasa dibangku kuliah, KH. DR. Tarmizi Taher merupakan seorang aktivis yang berkecimpung diberbagai organisasi. Dari mulai organisasi mahasiswa hingga organisasi penerbitan.
Beliau pernah menjabat Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa UNAIR Surabaya ( 1960-1962 ). Ditahun 1962-1963 beliau menjadi Ketua Senat Mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga. Satu tahun kemudian, terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa, posisi tertinggi ditingkat Universitas ( 1963-1964 ). Dan pada tahun 1958-1960, menjadi Ketua Dewan Redaksi Majalah Mahasiswa Embriyo, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya.
Seusai lulus dari Fakultas kedokteran UNAIR Surabaya, KH. DR. Tarmizi Taher melanjutkan study yang berkonsentrasi dibidang kemiliteran. Beliau mengikuti latuhan kemiliteran pertama Sispa XIII Kobangdikal/AAL Surabaya, tahun 1965 sampai dengan tahun 1966.[44]
Setelah menyelesaikan latihan kemiliteran, KH. DR. Tarmizi Thaher mendapatkan beberapa kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di luar negeri. KH. DR. Tarmizi Thaher banyak mendapatkan pengalaman dan salah satunya menjadi peserta terbaik selama belajar diluar negeri.
Beliau menjadi peserta training pekerja yang diadakan oleh tentara AS di Sandiego, California Amerika Serikat pada tahun 1972 -1973. Setelah mendapat sertifikat, ditahun 1975 beliau ikut serta untuk bergabung dalam program study kesehatan untuk perwira tinggi, yang disponsori oleh TNI AS di Washington D.C. beliau pernah mengikuti Navy Staff of comment school for the armed forces of the republic Indonesia, pada tahun 1976. Disini KH. DR. Tarmizi Thaher mendapatkan predikat terbaik, nomor 1 dilebih dari 100 siswa. Selain itu, KH. DR. Tarmizi Thaher pernah mengikuti training and development program IMDI ( Internasional Manajemen Development Instituted ), Graduate School of Public and Internasional Affairs, university of Pittsburgh, Pennsylvania. Amerika Serikat pada tahun 1991 dan Introduction to Computers – IMDI, university of Pittsburgh, Computer Learning Center, pada tahun 1991.
KH. DR. Tarmizi Thaher pun telah banyak memiliki pengalaman. Dari sinilah terlihat kalau KH. DR. Tarmizi Taher merupakan orang yang cerdas dan cerdik dalam menentukan masa depannya. Apa yang menjadi cita-cita kedua orang tuanya pun dapat dicapai semua.
Hal itu bisa dilihat dari sikap dan cita-cita ayahnya yang berjiwa nasionalis serta memiliki intelektul yang tinggi. Sementara Ibunya adalah seorang Muballighoh yang tekun mempelajari agama. Betapa tidak, ayahnya menginginkan ia menjadi seorang dokter sedangkan ibunya mengharapkan ia menjadi tokoh agama. Kedua keinginan ayah dan ibunya tersebut telah dipenuhinya. Sebagai dokter, nama KH. DR. Tarmizi Thaher cukup popular dimata para pasiennya. Sedangkan sebagai Muballigh KH. DR. Tarmizi taher tidaklah asing dimata ummat. Terlebih setelah ia menjabat sebagai Menteri Agama RI dalam Kabinet Pambangunan VI.
Setelah pandai di dunia pendidikan, didalam percakapan ternyata KH. DR. Tarmizi taher menguasai empat bahasa asing secara aktif. Diantaranya bahasa Inggris, Bahasa Belanda, Bahasa Jerman dan Bahasa Arab. Maka tak mengherankan kalau KH. DR. Tarmizi Thaher memiliki hasil karya dalam bahasa asing.
B. Karir Tarmizi Taher
KH. DR. Tarmizi Thaher adalah sosok yang gemilang dalam mengarungi kehidupan. Hal ini bisa terlihat dari aktifitas KH. DR. Tarmizi Thaher dalam meniti karir. Disamping kemiliteran dan pelayanan masyarakat, KH. DR. Tarmizi Thaher pun aktif diberbagai organisasi pemerintahan.
Diorganisasi pemerintahan, KH. DR. Tarmizi Taher pernah menjabat Seretaris Jendral Department Agama ( 1987-1993 ). Setelah itu, beliau mendapat kepercayaan untuk menjadi Mentri Department Agama ( 1993-1998 ). Selang satu tahun, KH. DR. Tarmizi Thaher menjadi Duta Besar RI untuk Norwegia ( 1999-2002 ). KH. DR. Tarmizi Thaher juga menjadi anggota MPR, mewakili Fraksi TNI dalam bidang keagamaan ( 1978-1982 dan 1982-1987). Selama menjadi dokter medis, ditahun 1975, beliau menjadi kepala deputi Asosiasi Pemberantasan Tuberculosis Indonesia.
Sedang dibidang kemiliteran, selama KH. DR. Tarmizi Thaher menjadi Purnawirawan TNI, jabatan terakhir militernya adalah Laksamana Muda. Bahkan sebelum KH. DR. Tarmizi Thaher mengikuti latihan kemiliteran pertama Sispa XIII Kobangdikal/ AAL Surabaya ( 1965-1966 ). Tahun 1964, beliau bergabung di TNI sebagai petugas kesehatan. Di tahun 1979 beliau menjabat Kepala Pelayanan Bimbingan Mental di TNI. Satu tahun kemudian beliau dipromosikan menjadi Kepala Deputi Pusat untuk bimbingan mental ABRI.
Dalam jajaran TNI AL / ABRI, mulai menapaknya dari Jabatan Kepala Department Kesehatan KRI Iran ( 1964-1965 ), kepala kesehatan Denma Armada ( 1965 ), kepala kesehatan KRI Halmahera ( 1965-1966 ), kepala kesehatan Kojenjelru ( 1968 ), Kepala Kesehatan Daerah ( 1968-1972 ), Kepala Bagian Kesehatan Preventif Diskesal ( 1975- 1976 ), Asisten Pembinaan Jinkesal ( 1976-1978 ), Kepala Kesehatan Preventif AL ( 1977), Perwira Pembinaan Perencanaan Kesehatan AL, Kepala Dinas Pembinaan Mental TNI AL ( 1979-1980 ), Wakil Kepala Pusat Pembinaan Mental ABRI ( 1980-1982 ), dan Kepala Pusbintal ABRI ( 1982-1987 ).
Sejak kecil beliau memiliki latar belakang keislaman yang kuat dan sangat berbakat dibidang Psikologi. Maka tak heran jika Kh. DR. Tarmizi Thaher kemudian menjadi aktif diberbagai penyuluhan dibidang keagamaan . setelah lulus, KH. DR. Tarmizi Thaher aktif di aktifitas-aktifitas dakwah Islam diberbagai tingkat masyarakat Muslim Indonesia. Dan ditahun 1972 beliau menjadi Ketua Dewan Pendidikan tertinggi untuk Islamic Cell. KH. DR. Tarmizi Thaher menjadi salah satu anggota Badan Pengurus Harian Majlis Ulama Indonesia ( MUI ) pada tahun 1982-1987, dan selanjutnya menjadi Ketua MUI pusat pada tahun 1985-1993.
Selama KH. DR. Tarmizi Thaher menjabat sebagai Mentri Agama, karya nyata yang ia tampilkan antara lain memasyarakatkan kerukunan hidup beragama, bukan saja pada tingkat nasional tetapi juga internasional. KH. DR. Tarmizi Thaher mendirikan LPKUD ( Lembaga Pengkajian Kerukunan Ummat Beragama ), lembaga tempat bergumulnya para pakar dan cendikiawan berbagai agama pada Oktober 1993.
KH. DR. Tarmizi Thaher pernah menjadi instruktrur diberbagai training. Sejak tahun1984 hingga 1998, beliau menjadi instruktur tingkat nasional Program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P4 ), dan Rektor di School of Military Staff Comment TNI. Pernah menjadi Ketua Korps Nasional Muballigh Muhammadiyah, sebagai presiden direktur LSM NU-Muhammadiyah dengan nama Indonesian War Against Narkotics and HIV/AIDS, sebagai Presiden Direktur LSM NU-Muhammadiyah Center for Moderate Moslem ( CMM ), dan sebagai Ketua Dewan Masjid INDONESIA ( DMI ) dari tahun 2006 sampai sekarang.dan menjabat ketua II Ikatan Dokter Indonesia ( IDI ) Surabaya, ketua satu pengurus besar Perkumpulan Pemberantasan Turbekulosa Indonesia ( PPTI ). Beliau juga telah melanglangbuana kemancanegara untuk menghadiri berbagai konfrensi kedokteran dan telah mengunjungi semua Negara di Timur Tengah dalam rangka tugas negara. Salah satu prestasi terbaik di dunia internasionalnya adalah ketika KH. DR. Tarmizi Thaher terpilih menjadi Ketua Konfrensi Mentri-Mentri Agama se-dunia Islam pada tahun 1997.
Dibidang akademik, saat ini KH. DR. Tarmizi Thaher menjadi Rektor di Universitas Islam Az-Zahra ( UNIA ) dari tahun 2004. Beliau pernah menjadi Dosen Sekolah Komando ( SESKO ) ABRI dan SESKO AL, Dosen Lembaga Pertahanan Nasional, Dosen Tamu Fakultas kedokteran dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Rektor Universitas Bangkalan Madura ( kini Universitas Negeri Trunojoyo ), Dosen Luar Biasa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.
Diluar keaktifannya dibidang akademik, kemiliteran, penyuluhan masyarakat dan organisasi pemerintahan, KH. DR. Tarmizi Thaher aktif diberbagai acara taraf internasional, baik sebagai pembicara maupun sebagai peserta. Dibawah ini adalah pengalaman KH. DR. Tarmizi Thaher pada taraf Internasional :
1.      Peserta, Center Society Meeting, California, Amerika Serikat
2.      Peserta, Perwira Project Trial Rimactawe, ABRI ( kerja sama Hankam,Depkes- Ciba Geigy Swiss
3.      Pembicara, Conference of Internasional ( Union Against ), Brussel
4.      Ketua Delegasi Indonesia, Kongres TBC dunia, Brussel, Jerman
5.      Peserta dari TNI AL, Seven Asian’s Occupational Conference
6.      Peserta, Eastern Religion of I.U.A.T Hongkong.
7.      Pembicara, seminar on Islam and Violence, United Nations University, Bali
8.      Peserta, Spiritual Leaders and Expert Participants, Consultative Meeting on the Question of Peace, Development, Populationts and Environment.
9.      Pembicara Konferensi Internasional, sumbangan Islam kepada peradaban. Kairo Mesir.
10.  Pembicara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Iskandariyah, Kairo
11.  Pembicara Dialog Keliling Forum Antar Agama Indonesia, Singapura
12.  Dll.
C. Penghargaan-penghargaan KH. DR. Tarmizi Taher
Apa yang selama ini menjadi kerja keras KH. DR. Tarmizi Thaher tidaklah sia-sia. Semua yang dilakukan mendapat penghargaan, baik dibidang kemiliteran maupun dibidang keagamaan ( Dakwah ). Berikut ini merupakan penghargaan yang telah diraihnya :
1.      Satyalencana Dwidya Sistha Penegak, 1981
2.      Satyalencana Dwida Sistha Kesetiaan VIII, 1987
3.      Satyalencana Dwidya Sistha Dwikora, 1989
4.      Bintang Funun Wal Qanun ( seni dan budaya ) dibidang dakwah dari Presiden Mesir Husni Mubarok, 1993
5.      Bintang Mahaputra Adipradana, Agustus 1996
6.      Jalasena Neraya, 1997
7.      Doktor Honoris Causa Temple university Amerika Serikat, 1998
8.      Doktor Honoris Causa Dalam bidang Dakwah Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2003[45]
E.   Perjalanan Dakwah KH. DR. Tarmizi Thaher
Kelihaian KH. DR. Tarmizi Thaher dalam berdakwah berawal dari sejak kecil. Dilingkungan keluarganya, KH. DR. Tarmizi Thaher selalu diajarkan tentang ajaran agama. Pendalaman materi tentang kandungan nilai-nilai ajaran agama, KH. DR. Tarmizi Thaher pelajari dari buku-buku.
Dilihat dari pendidikannya, KH. DR. Tarmizi Taher tidak pernah sekolah Madrasah maupun Pesantren. Untuk mendapatkan ilmu agama beliau pelajari diluar sekolah formal. Itu sebabnya sampai saat ini KH.DR. Tarmizi Thaher tidak mau mendaulat dirinya sebagai seorang Kyai atau Ulama dan lebih senang mengaku sebagai seorang Muballigh, atau Juru Dakwah. Namun atas permintaan jama’ahnya di Jawa Timur akhirnya beliau mengalah memakai gelar “Kyai Haji” yang dikalangan Muhammadiyah tidak dikenal istilah itu.
Ceramah KH. DR. Tarmizi Thaher terus berlangsung sampai ia dewasa. Bertambahnya usia, membuat KH. DR. Tarmizi Thaher semakin lihai dalam berdakwah. Meskipun saat menjadi Mentri Agama RI, KH. DR. Tarmizi Thaher tetap memberikan berbagai ceramah. Dalam setiap ceramahnya yang bersemangat KH. DR. Tarmizi Taher tidak lupa memasukkan lelucon segar.
Ilmu yang dimiliki KH. DR. Tarmizi Thaher semakin didalami, bahkan beliau sering diminta tampil untuk memberikan ceramah agama dilingkungan TNI AL. selain itu, KH. DR. Tarmizi Thaher tampil pula dalam meyampaikan ceramah diluar lingkungan ABRI. Berbagai mesjid dan tempat kegiatan keagamaan dikunjungi KH. DR. Tarmizi Thaher. Nama beliau sudah terjadwal di berbagai mesjid di DKI Jakarta sebagai Khatib Jum’at, pemberi Ceramah Ramadhan, Kuliah Shubuh dan Juga Khatib ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha.
Dengan aktifitas dakwah yang dijalankan selama ini, KH. DR. Tarmizi Thaher merasa bangga dan syukur karena bisa mengikuti jejak ibunya. Dan dalam ceramahnya KH. DR. Tarmizi Thaher tidak hanya menjadi Da’i lokal saja di luar negeri pun beliau tetap berdakwah. Dengan demikian apa yang dilakukan KH. DR. Tarmizi Thaher ini  ( dalam dakwahnya ) benar-benar memperkenalkan Islam.
F.   Karya-karya KH. DR. Tarmizi Thaher
KH. DR. Tarmizi Thaher merupakan orang yang produktif. Pemikiran-pemikiran yang maju telah ia kemas dalam bentuk buku. Semua pemikiran Itu tidak lepas dari pengetahuan yang beliau miliki. Dengan demikian tidaklah heran kalau TKH. DR. armizi Taher memiliki banyak karya di media cetak.
Ada beberapa buku yang telah ia terbitkan, yaitu :
1.      Aspiring for Middle Part : Religious Harmony in Indonesia, ( Jakarta : Center for Study of Islam and Society, 1997 )
2.      Masyarakat Cina, Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa Indonesia ( Jakarta : Center for Study of Islam and Society, 1998)
3.      Menyegarkan Akidah Tauhid Insani ( MATI ) di Era Klenik ( Jakarta : Gema Insani Press, 2002 )
4.      Medical Ethic : Manual Praktis Etika Dokter untuk Mahasiswa, Dokter dan Tenaga Kesehatan ( Jakarta : Gramedia pustaka utama, 2003 )
5.      Agenda Kritis Pembangunan Indonesia ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003 )
6.      Islam Across Boundaries, Prospect and Problem of Islam in the Future of Indonesia ( Jakarta : Republika Press, 2003 )
7.      Membumikan Ajaran Ketuhanan ( Jakarta : Hikamah, 2003 )
8.      Meredam Gelombang Radikalisme ( Jakarta : Mizan, 2004 )
9.      Muhammadiyah Sebagai Tenda Bangsa ( Jakarta : Penerbit Grafindo Kahazanah Ilmu, 2005 )
Dalam perjalanan hidupnya hingga sekarang, KH. DR. Tarmizi Thaher sudah cukup banyak menghasilkan karya-karya ilmiah baik yang berupa buku, majalah, buletin, makalah dan beberapa artikel yang tersebar dibeberapa media cetak bertaraf nasional maupun internasional.


B. Gambaran Umum Dewan Masjid Indonesia ( DMI )
1.   Sejarah Dan Latar Belakang Berdirinya Dewan Masjid Indonesia
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi kemasyarakatan dan wahana komunikasi pengelola masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, keterampilan dan kesejahteraan umat.
Dewan Masjid Indonesia adalah organisasi independen yang mandiri dan tidak terkait secara struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik manapun.[46]
Dewan Masjid Indonesia merupakan lembaga mental spiritual yang menjadi mitra kerja strategis yang mempunyai peran dan fungsi serta tujuan pokok yaitu mengkoordinir pelayanan, pemenuhan kebutuhan ummat dibidang Manajemen Masjid, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam, pengembangan dakwah dan pendidikan ekonomi, kesehatan serta social budaya ummat yang bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan masyarakat serta persatuan ummat dalam rangka meningkatkan keimanan , ketakwaan, akhlak mulia, keserdasan ummat dan tercapainya masyarakat adil yang diridhoi Allah SWT.
            Masjid didirikan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah atas dasar takwa, mencapai ridho Allah, membina ummat yang berakhlakul karimah dan melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
            Dalam upaya berpartisipasi aktif pada proses pembangunan bangsa untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945, sangatlah perlu mengoptimalkan peran serta Masjid dalam mewujudkan persatuan ummat Islam Indonesia.
            Terwujudnya profil masjid di Indonesia sebagai pusat pembinaan mental spiritual dan pusat pemberdayaan ummat Islam, terwujudnya organisasi sebagai “good public institution”  melalui peningkatan kinerja, baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi program yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat dan kebijakan pemerintah.
            Latar belakang dari ide dibentuknya Dewan Masjid Indonesia bermula dari pertemuan tokoh-tokoh Islam yang dihadiri oleh Bpk. H. Rus’lan dari Dirjen Bimas Islam dan Wakil Ketua Jakarta pusat Bpk. H. Edi Djajang Djaatmadja membentuk panitia untuk mendirikan Dewan Kemakmuran Masjid Seluruh Indonesia ( DKMSI ). Pada tanggal 16 Juni 1970 disusunlah formatur yang diketuai oleh KH. MS. Rahardjo Dikromo yang beranggotakan H. Sudirman, KH. Hasan Basri, Muchtar Sanusi, KH. Hasyim Adnan, BA dan KH. Ichsan. Untuk itu pada tanggal 10 Djumadil U’la1392 H, atau bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1972 didirikannya organisasi yang bernama Dewan Masjid Indonesia, disingkat menjadi DMI.
Pendirian DMI dipelopori oleh sejumlah organisasi kemasjidan di Indonesia, yaitu :[47]
a)      Persatuan Masjid Indonesia (PERMI)
b)      Ikatan Masjid dan Mushalla Indonesia (IMAMI)
c)      Ikatan Masjid Indonesia (IKMI)
d)      Majelis Ta'miril Masjid Muhammadiyah
e)      Hai'ah Ta'miril Masjid Indonesia (HTMI)
f)        Ikatan Masjid dan Mushalla Indonesia Muttahidah (IMMIM)
g)      Majelis Kemasjidan AI- Washliyah
h)      Majelis Kemasjidan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI)
Organisasi kemasjidan dirintis oleh para ulama-ulama antara lain :
a)      KH. Taufiqrahman
b)      May-Jend. H. Sudirman
c)      Jend.Polisi (purn) H.Sutjipto Judodihardjo
d)       Kol. H. Karim Rasyid
e)       Brig.Jend.Raharjo dikromo
f)         Kolonel.H.Soekarsono
g)       H.Syarbaini Karim dan lain-lain
Dengan tekad dan harapan DMI menjadi organisasi kemasyarakatan dan wahana komunikasi pengelola masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, ketrampilan dan kesejahteraan umat.
Pada tanggal 10 Jumadil Ula 1392 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1972 akhirnya dibentuklah organisasi Dewan Masjid Indonesia dengan asas Islam dan bersifat sebagai organisasi independen yang mandiri dan tidak terkait secara struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik manapun.
Untuk mencapai tujuan yang  ingin dicapai Dewan Masjid Indonesia melakukan usaha antara lain:
a)      Mengembangkan pola Idarah (Manajemen), Imarah (Pengelolaan Program) dan Ri'ayah (Pengelolaan Fisik).
b)      Mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.
c)      Mengembangkan dakwah pendidikan (sejak usia dini sampai lansia) dan perpustakaan.
d)      Mengembangkan program kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
e)      Mengembangkan ekonomi jamaah dan pemberdayaan perempuan, remaja, pemuda serta Pramuka/Kepanduan.
f)        Mengusahakan rehabilitasi dan pembangunan masjid baru.
g)      Mengembangkan Masjid-masjid percontohan.
Dewan masjid Indonesia pusat sekarang bertempat di Masjid Istiqlal  Jl. Taman Wijaya Kusuma kamar 30 Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat
2.   Struktur Organisasi Kepengurusan Dewan Masjid INDONESIA
            Sesuai dengan keputusan Muktamar III DMI telah disahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga DMI. Dalam Anggaran Rumah Tangga dari BAB V pasal 9 memuat struktur organisasi DMI. Struktur organisasi kepengurusan DMI sebagai berikut :
a). Dewan Masjid Indonesia terdiri dari
1). Di Tingkat Nasional organisasi ini disebut Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia, disingkat DMI, berkedudukan di ibukota negara.
2). Di Tingkat Propinsi organisasi ini disebut Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia., disingkat PW DMI, berkedudukan di ibukota propinsi.
3). Di Tingkat Kabupaten dan Kota organisasi ini disebut Pimpinan Daerah Dewan Masjid Indonesia, disingkat PD DMI, berkedudukan di Ibukota Kabupaten atau Kota.
4).  Di Tingkat Kecamatan organisasi ini disebut Pimpinan Cabang Dewan  Masjid Indonesia, disingkat PC DMI, berkedudukan di Ibukota Kecamatan.
5). Di Tingkat Kelurahan/Desa organisasi ini disebut Pimpinan Ranting Dewan Masjid Indonesia, disingkat PR DMI berkedudukan di Ibukota Kelurahan/Desa.
b).  Pada  setiap tingakatan pimpinan diadakan Majlis Musytasyar, yang tugasnya memberikan bimbingan dan nasehat terhadap kegiatan DMI. Keanggotaan Majlis Musytasyar terdiri dari para ulama, umaro, dan pemuka masyarakat yang jumlahnya sesuai keperluan. Susunan Majelis Mustasyar terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua dan beberapa anggota.
c).  Majelis Pakar Majelis Pakar adalah Badan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan organisasi Dewan Masjid sesuai dengan keahlian dan profesionalismenya. Keanggotaan Majelis Pakar terdiri dari para ilmuwan dan cendekiawan muslim.Susunan Majelis Pakar terdiri dari seorang Ketua, Sekretaris dan Anggota. Keberadaan Majelis Pakar sampai dengan tingkat wilayah dan atau daerah yang memungkinkan.
Pimpinan pusat adalah pelaksana keputusan Muktamar dan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga .
      Dewan Masjid Indonesia juga mempunyai badan otonom dan badan usaha
a)      Badan Otonom
Dewan Masjid Indonesia mempunyai Badan Otonom. Badan Otonom adalah kepanjangan tangan kelembagaan Dewan Masjid lndonesia yang terstruktur mulai dari tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting.  Mekanisme kerja Badan Otonom adalah mengembangkan program yang seluas­-luasnya sesuai bidang masing-masing dengan melakukan konsultasi, koordinasi dan harmonisasi dengan Dewan Masjid Indonesia.
Dalam proses pembentukan Pengurus Badan Otonom, berlaku secara Otonom dan Dewan Masjid Indonesia menganut asas Pengayoman Tutwuri Handayani. Badan Otonom berkewajiban melaporkan kegiatannya paling kurang sekali dalam setahun. Mekanisme hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Badan Otonom diatur lebih lanjut oleh Peraturan Organisasi.
b)      Badan Usaha
Dewan Masjid Indonesia memiliki Badan Usaha.  Badan Usaha dibentuk oleh Dewan Masjid Indonesia untuk membantu kegiatan dan jalannya organisasi, dengan persyaratan yang ditentukan.  Mekanisme hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Badan Usaha diatur lebih lanjut oleh Peraturan Organisasi.[48]
Susunan Pengurus Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia Masa Bakti Tahun 2006 – 2011
I.  PEMBINA : 1. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
                          2. Menteri Agama Republik Indonesia
II. MAJELIS MUSTASYAR :
Ketua                : Prof. DR. H. Jimly Asshiddiqie
Wakil Ketua     : KH. Kafrawi Ridwan, MA
Wakil Ketua     : KH. M. Ridwan Ibrahim Lubis
Anggota           : H. Husein Umar, SN, Drs. H. Masdar Mas’udi,  KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym), H. Arifin Ilham, H. Adang Syafaat, Drs. H. Mubarak, MSI, Drs. Purnomo Dana Rahardja, H. Rusydi Hamka, Dr. H. Djaelani, H. Soetrisno Hadi, SH, MA, Dr. Hj. Tuty Alawiyah
III. MAJELIS PAKAR
Ketua                           : Prof. DR. H. Ahmad Sutarmadi
Wakil Ketua                 : Prof. DR. H. Didin Hafiduddin
Wakil                           : Prof. DR. H. Qomari Anwar, MA
Anggota                       : Prof. DR. H. Mahfud, MD, Prof. DR. H. Bambang    Pranowo, Drs. H. Lukman Hakim Hasibuan, Drs. H. Fathi Siregar, H. Ary Ginanjar, Drs. H. Adnan Harahap, DR. H. Zakki Mubarok, MA, Prof. DR. H. Mawardi Khatib, Drs. H. Fadhli Zon, MK, Ir. HM. Dikke Revandle, SE, MM
IV. PIMPINAN HARIAN
Ketua Umum                            : KH. DR. Tarmizi Taher
Wakil Ketua Umum                  : Drs. H. M. Goodwill Zubir
Ketua                                       : Dr. H. M. Machfud Sidik, MSc
Ketua                                       : Ir. H. M. Suaib Didu, MM
Ketua                                       : H. Ramlan Mardjoned
Ketua                                       : Ali Yacub, Ls
Ketua                                      : Prof. Dr. Hj. Ismah Salman Harun
Sekretaris Jenderal                   : Drs. H. M. Natsir Zubaidi
Wakil Sekretaris Jenderal         : Drs. H. Tasrifir Karim
Wakil Sekretaris Jenderal         : H. Nurul Badruttamam, MA
Wakil Sekretaris Jenderal         : Drs. H. Muchtar HP
Bendahara Umum                    : H. Tabrani Syabirin, Lc. MA
Wakil Bendahara Umum           : Dra. Hj. Ratna Maida Hasyim Ning
Bendahara                                : Dr. Ir. H. Chaizi Nasucha
Departemen-Departemen Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia periode 2006 – 2011
Departemen Pemberdayaan Organisasi dan Idarah
Ketua               : Drs. H. Muhsin, MK
Sekretaris         : Danang Suwignyo
Anggota           : Drs. H. M. Makmun Abdullah, Msi, Drs. H. Asep Supriatna, Firdaus Effendi, Drs. H. Irsyadul Halim, H. Ikhwan Ridhwan, SH, Ahmad Fatoni, MA, M. Najib Ibrahim, S.Ag
Departemen Dakwah dan Pengkajian
Ketua               : Drs. A. N. Nuril Huda
Sekretaris         : Drs. H. Mas’ud. HMN
Anggota           : Drs. H. Yamin Amna, MA, Drs. H. Wibisono, AF, Drs. Abdul Rosyid Fanani, Drs. Wirman Yusar, Dr. H. Suhairi Ilyas, H. Yanuar Amnur, S.Sos, Dr. Firdaus Zubir, Dra. Tetty Arum Chudiroh, Agus Tri Sundari, Imam Turmudi, S.Ag, H. Aditya Warman, Lc, H. Choirul Huda Basyir, Lc. Msi
Departemen Pendidikan dan Latihan
Ketua               : Drs. H. Mukhtadi El Harry, MM
Sekretaris         : H. Abdullah Suad Lubis
Anggota           : H. E. Basri Ananda, Drs. Syamsuardi Rusli, MA, Ustadz M. Syamsudin, MZ, Drs. H. Edi Sukardi, Usman Abdullah, Spd, Drs. H. Napin Djamaluddin, Akmaludin Mawardi Noor, H. Sulaiman Baldan, Drs. H. Moh. Non Djuremi, H. Alwi Djohan, MBA
Departemen Sarana, Hukum dan Wakaf
Ketua               : H. Sutito, SH. MH
Sekretaris         : Yulianto Syahyu, SH. MH
Anggota           : H. M. Said Muchtar, SH. MBL, H. Evizal Anasrul, SH.MH, H. Aly Masyhar, SH, H. Maizar Datuk Tantamo, SH. MH, H. Abdurrahman Tardjo, SH, Drs. H. Rutny M. Shaleh, H. Moh. Sarodji, BA, Faizal Agus, Dr. Ikhwan Matondang, MA, Nurodin, SH, H. Husaini, SH. Mkn
Departemen Usaha / Pemberdayaan Ekonomi Umat
Ketua               : Drs. H. A. Fauzi Achmad, MBA, AAIK
Sekretaris         : Drs. Tb. Soffyudin, SE.AK.MM
Anggota           : H. Iskandar Zulkarnain, Drs. Edwar Tasar, Kol (Purn) Sunjani, Drs. H. Adi Putra Hasan, Soewondo, SE, MM, AKT, Drs. H. Firdaus Efendi, Hj. Ratna, M, Acep Abdullah, H. Sayid Abdul Kadir, S.Sos, Hj. Ina Juharriyah, Drs. H. Helmi M. Burin Beng, Mm, Drs. Musral Harahap, MM, Drs. H. Syaifuddin, MM, Ir. Elvis Siregar, Msc, T. Rusdi, Ak, Msc, Ir. H. Husni Thamrin, Drs. H. Iskandar Rusli, MM, Hantriono, Msc, Drs. H. Desrechi Tando, Hj. Hetty Herwanti, SHk, Endang Rudiatin, Msi, okke Ferdinansyah, SE
Departemen Kepemudaan dan Remaja
Ketua               : H. Daud Poliradja
Sekretaris         : Eko Susilo, SE, Msi
Anggota           : Andi Kasman, SE, MM, M. M. Fitramin Zubir, S.Ag, Drs. Fathrurozi Reno Sutan, H. Imran Anhar, Lc, Yunadi Ramlan, Dadeng Hidayat, Hery Sucipto, Ellya Mufidah, S.Kom, Harry Setiadi, SE
Departemen Pengembangan Potensi Muslimah
Ketua               : Dra. Hj. Nurdiati Akma, Msi
Sekretaris         : Dra. Munifah Syanwani, Msi
Anggota           : Dra. Hj. Siti Fatimah, AM.SH, Dr. Hj. Masyitoh Khusain, Dr. Hj. Maisaroh Ali, Dr. Hj. Isnati Rais, Hj. Suryati Uwes, Dra. Hj. Siti Maryani, Dra. Hj. Kamsinah , Ny. Mahyuni , Dra. Hj. Yetty Sumiati, Hj. Sukarni Rachman, Hj. Deliana Abdul Hamid
Departemen Kesehatan dan Lingkungan Hidup
Ketua               : Dr. Hj. Aragar Putri
Sekretaris         : Dr. H. Rizalsyah Fahlevie, MM
Anggota           : Dr. H. Irsyad , Drs. Muhammad Zikrujiah, drh. Djoko Waluyo, BR, Msc, Hari Soesetyo, SKM.MARS, drg. Hannie Suntjoko, Sp. Perio, Drs. Nus Yunanda, Gusweldi , Drs. Budi Asman, Apt, Jufri Sibli, SE, MM
Departemen Jaringan dan Pusat Informasi Masjid
Ketua               : Ir. H. Catur irianto, M.Kom
Sekretaris         : Cipie Makmur, Msc
Anggota           : Ir. H. Mu’ma Dias, Ir. Teuku Mulya, ST, MT, Drs. M. Subur, SH, Msc, Drs. Dedy Suharto, Ak, Taufiqurrahman, Edi Ryanto Praitno, H. Hussen Gani Maricar , Rudhy Suharto, Ir. Listiyarko Winoto, ST, Msi, Drs. M. Arief Ishak, Ir. Ivan, Drs. Bahruddin Achmad
Departemen Humas, Publikasi, Perpustakaan dan Kesenian
Ketua               : H. Aru Syeif Asaad
Sekretaris         : H. Ahmad Djunaedi
Anggota           : Drs. Syaifuddin A. Rasyid, Drs. Afrizal Matowa, H. Agus Suryanto, Samijo, KD, Nina Aminah Bajri, SH. MH, Intan, Maulana Muladi, Ikhwanul Muslimin, Dra. Hj. Maisyaroh Usman, Muh. Aidulyakin Suginarto
Departemen Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Muallaf
Ketua               : Drs. H. Muchtar Ngabalin, MA
Sekretaris         : H. Jaja Djamaluddin
Anggota           : H.M. Basri Tohani, H. M. Ade Nouli, PhD, Drs. H. Zafrullah Salim, H. Masnan Kamil, Ismail, SE, Wahyudi Patra, Syamsul Arifin, Dudung, Naga Kunadi, Ir. Toto Harsono, H. Abdul Malik
Departemen Hubungan Luar Negeri
Ketua               : Kol. Marinir (Purn) H. Achmad Hanafi, SH, MBA
Sekretaris         : Ir. Fami Fachrudin, Msc
Anggota           : H. Ahmad Thohirin Noeh, Msi, H. Muzayyin Muh. Thoyib, Lc, Drs. Soleh Miftahussalam, Drs. Abd. Wahid , Ibnu Mas’ud. Spdl, Drs. Edi Sudrajat, M. Agung Nugraha, Ateng Kusnadi, SE, Msi, Drs. Untung S, Msc, Ir. Arif Rahman Hakim, Msc

Pokok-Pokok Penjabaran Program Dewan Masjid Indonesia 
1. Bidang Organisasi dan Idarah
a). Memelihara dan meningkatkan pengembangan jaringan organisasi Dewan Masjid dan Masjid.
b). Meningkatkan disiplin organisasi
c). Mensosialisasikan program Dewan Masjid baik kepada Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting maupun kepada Masjid-Masjid diseluruh Tanah Air.
d). Menyusun pedoman Idarah, Imaroh dan Ri'ayah Masjid.
e). Membina dan memberdayakan Masjid-Masjid Sektoral 
f). Menggerakkan pengurus Masjid untuk melakukan pendataan Jamaah Masjid
g). Mengembangkan dan memasyarakatkan adanya manager Masjid untuk meningkatkan pelayanan jamaah.
h). Membentuk Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqah (LAZIS) disetiap Masjid khususnya Masjid Raya/Agung dengan pengelolaan propesional.
i).  Mendorong dibentuknya Badan Otonom yang menangani masalah – masalah kemesjidan, seperti ; management, pendataan Masjid dan Konsultasi Pembangunan Masjid.
2. Bidang Dakwah dan Pengkajian
a)Merumuskan konsep dakwah sesuai dengan tantangan dan sasaran dakwah
b). Membentuk lembaga Studi Al-Qur'an dan Hadits serta metode pengembangannya
c).  Menyusun buku panduan bagi Imam, Khatib dan Mubaligh/ah.
d). Mengadakan seminar dakwah dalam rangka menyusun peta dan Manajemen Dakwah
3. Bidang Pendidikan dan Latihan
a). Mendorong dan mengembangkan pendidikan sejak usia dini hingga Perguruan Tinggi di lingkungan Masjid.
b). Menyusun kurikulum dan silabus Diklat Manajemen Masjid untuk pegangan para Pengurus/Pengelola Masjid.
c). Mengupayakan adanya Badan Otonom untuk menangani pendidikan dan latihan Manajemen Masjid.
d). Mengadakan pelatihan/kaderisasi Imam, Khatib, Mubaligh/ah secara berkesinambungan.
4. Bidang Sarana, Hukum dan Wakaf
a). Membantu dan mendorong sertifikasi tanah milik Masjid.
b). Membantu Pengurus Masjid yang memerlukan Hadan Hukum/Yayasan dalam rangka mengamankan aset Masjid.
c). Membentuk Lembaga Bantuan Hukum Masjid untuk pelayan hukum bagi Pengurus, Khotib, Mubaligh yang menghadapi masalah-masalah hukum dan keadilan.
5. Bidang Usaha / Ekonomi
a). Mendorong Pengurus Masjid agar dapat mengembangkan ekonomi jamaah
b). Membina dan mengembangkan badan usaha milik DMI agar dapat berhasil guna dan berdaya guna.
c). Mendorong dan memasyarakatkan pelaksanaan ekonomi dan Perbankan Syari’ah.
6. Bidang Kepemudaan dan Remaja
a). Mendorong BKPRMI untuk lebih memfokuskan pembinaannya pada Pemuda dan Remaja
b). Menumbuh-kembangkan pelatihan kepemimpinan dan manajemen pemuda remaja Masjid agar eksistensi Pemuda dan Remaja Masjid tumbuh berkembang.
c). Memfokuskan kegiatan pada minat dan bakat Remaja dan Pemuda Masjid agar pemuda dan remaja dapat memakmurkan Masjid.
d. Meningkatkan pelatihan ketrampilan bagi Pemuda dan Remaja Masjid
7. Bidang Pemberdayaan Perempuan
a). Mendorong adanya Majelis Ta'lim Perempuan di lingkungan Masjid.
b). Membentuk Korps Muballighah Dewan Masjid Indonesia se Indonesia
c). Melakukan pembinaan Keluarga Sakinah bagi Majelis Ta'lim Perempuan yang berbasis Masjid.
d. Menyelenggarakan pembinaan kelompok lanjut usia.
8. Bidang Kesehatan dan Lingkungan
a). Mengupayakan berdirinya Poliklinik dan Rurnah Sakit di lingkungan Masjid.
b). Mengupayakan terpeliharanya lingkungan Masjid yang nyaman, bersih, asri, hijau dan indah.
c). Mendorong terciptanya kebiasaan hidup yang sehat Jasmani dan Rohani maupun sehat lingkungan di Masjid dan masayarakat.
d). Membantu Pemerintah untuk memberantas dan memerangi penyakit masyarakat seperti; judi, miras, narkoba, prostitusi dan lain-lain.
9. Bidang Jaringan dan Pusat Informasi Masjid, Membentuk Badan Otonom Pusat Informasi Masjid yang antara lain melakukan:
a). Pendataan dan pemetaan Masjid & Jamaah
b). Konsultasi Pembangunan Masjid
c). Pengadaan Web Site Dewan Masjid Indonesia
10.Bidang Humas, Publikasi dan Perpustakaan
a). Meningkatkan upaya penyebarluasan fungsi dan peranan Dewan Masjid Indonesia
b). Memberdayakan dan mengembangkan media massa milik Dewan Masjid Indonesia
c). Melakukan sinergi dengan Badan Otonom Pusat Informasi Masjid
d). Membentuk Perpustakaan Masjid.
11.Bidang Sosial Kemanusiaan dan Pembinaan Mualaf
a). Melakukan langkah kongkrit untuk membantu korban Bencana Alam dan korban PHK - di lingkungan jamaah Masjid dan masyarakat.
b). Melakukan langkah kongkrit untuk membantu dan membina kalangan mualaf agar menjadi insan bertaqwa yang mandiri.
c). Membentuk badan khusus untuk menangani bidang sosial kemanusiaan dan pembinaan muallaf.
12. Bidang Hubungan Luar Negeri
a). Mengaktifkan hubungan Dewan Masjid Indonesia dengan Lembaga Kemasjidan di manca negara.
b). Melakukan kunjungan/studi banding ke manca negara.
c). Memanfaatkan hubungan internasional untuk peningkatan kualitas SDM umat khususnya lingkungan kemasjidan.[49]
3.   Visi dan Misi Dewan Masjid Indonesia
Visi
Visi Dewan Masjid Indonesia ialah “Menjadikan organisasi DMI mampu mencapai tujuannya” yakni menjadikan masjid sebagai tempat Ibadah, Muamalah dan Persatuan Ummat.
Misi
            Misi Dewan Masjid Indonesia untuk :
1.      Meningkatkan kemampuan manajerial dan tekhnis para pengelola dan petugas Masjid
2.      Memperkuat, memperlebar jaringan pengelolaan dan kelembagaan Masjid.
3.      Meningkatkan Dana sarana dan prasarana
4.      Menjalin hubungan kerja dengan swasta dan pemerintah.[50]
4.   Tujuan Dewan masjid Indonesia
a. Dewan Masjid Indonesia bertujuan mewujudkan fungsi masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan masyarakat serta persatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan, ahlak mulia, kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
b.  Terwujudnya profil Masjid sebagai pusat pembinaan mental spiritual dan pusat pemberdayaan ummat Islam.
c. Terwujudnya organisasi sebagai “good public institution” melalui peningkatan kinerja baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun evaluasi program yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat dan kebijakan pemerintah.
5.   Sasaran Dewan Masjid Indonesia
a. Tercapainya peningkatan pengembangan kemakmuran Masjid dibidang Ibadah, Pendidikan, Dakwah, Social, Keterampilandan Akhlakul Karimah.
b.   Tersusunnya kepengurusan DMI yang terdiri dari unsur ulama, cendikiawan, pengusaha dan pejabat serta tokoh masyarakat terutama di lingkungan Masjid.
c. Tercapainya organisasi kemasjidan yang dapat mewujudkan tujuan organisasisecara efektif dan efisien.
6.   Sumber Kekayaan dan Keuangan Dewan Masjid Indonesia
 Kekayaan DMI adalah seluruh asset dan inventaris kepengurusan disemua tingkat organisasi. Kekayaan organisasi diperoleh dari :
a.       Iuran dan sumbangan anggota organisasi
b.      Zakat, infaq, shodaqoh, waqaf dan hibah ummat Islam
c.       Sumbangan dan bantuan yang tidak mengikat
d.      Usaha-usaha lain yang sah dan halal.
Sehubungan dengan penjelasn-penjelasan diatas, maka keberhasilan kepemimpinan dewan masjid Indonesia disemua tingkatan meski diupayakan sedemikian rupa sehingga membawa citra DMI yang semakin baik ditengah-tengah ummat dan bangsa. Pelaksanaan program DMI juga memerlukan komitmen yang tinggi, kerja keras, dan tentu saja kerjasama antar pengurus disemua tingkatan dengan semangat Jihad, Tajdid dan Ibadah kepada Allah SWT.[51]


BAB IV
ANALISIS KEPEMIMPINAN DR. KH. TARMIZI TAHER
 PADA DEWAN MASJID INDONESIA ( DMI )

            Kehadiran DMI menjadi tekad dan harapan yang dibangun untuk menjadi organisasi kemasyrakatan dan wahana komunikasi pengelola Masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerakan dakwah, serta menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan Aqidah, Ibadah, Akhlak, Ukhuwah, Keilmuan, keterampilan dan kesejahteraan ummat.
            Ada tiga poin yang dijadikan DMI dalam membangun kemajuan ummat Islam. Yakni pemberdayaan, pembinaan dan kekeluargaan. Poin itu diusahakan DMI kedepan agar ummat Islam bisa meningkatkan keimanan selain kecerdasan.
            Pemberdayaan, yaitu menjadikan Masjid sebagai subjek dan membangun kemandirian Masjid dengan meningkatkan kualitas SDM pengurus Masjid. Pembinaan, yaitu menjadikan Masjid sebagai tempat pembinaan kader ummat dan kader bangsa dengan memfasilitasi berbagai aktifitas pendidikan dan dakwah serta kegiatan lainnya. Kekeluargaan, yaitu semua aktifitas pembinaan dan pemberdayaan dilakukan dengan semangat Ukhuwah Islamiah, komunikatif, informative, konsultatif dan koordinatif..
            Latar belakang yang diharapkan para pencetus DMI ini bisa menjadi inspirasi KH. DR. Tarmizi Thaher untuk meneruskan perjuangan dalam membentuk ummat Islam kedepan, ummat Islam yang siap membangun bangsa dengan memanfaatkan Globalisasi.[52] 
Sebagai seorang pemimpin KH. DR. Tarmizi Thaher mempunyai peranan yang sangat penting teutama dalam hal-hal kebijakan-kebijakan maupun pengambilan keputusan akhir dimana dibutuhkan ketegasan seorang pemimpin.
            Bila kita berbicara tentang kepemimpinan maka tidak akan terlepas dari ciri kepemimpinan tersebut. Karakteristik kepemimpinan itu terdiri dari fungsi kepemimpinan , tipe kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang digunakan oleh KH. DR. Tarmizi Thaher. Berkut ini penulis akan menjelaskan tentang karakteristik kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher pada Dewan Majid Indonesia.
A.     Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher Dalam Membangun Sistem
1.      Membangun Inovasi, Koordinasi dan Konsep
            Dari observasi yang penulis lakukan pada DMI penulis menemukan bahwa kepemimpinan Tarmizi Taher begitu memiliki pengaruh. Dalam pengembangan DMI Tarmizi Taher melakukan upaya pembinaan yang bersifat inovatif, koordinatif dan konseptional melalui kegitan :
a)      Meningkatkan kualitas SDM pengurus masjid, meningkatkan kesejahteraan imam, Khatib serta mengadakan pelatihan-pelatihan manajemen keterampilan para pengurus. Hal tersebut dikarenakan Tarmizi Taher sangat peduli terhadap pengembangan SDM. Titik awal perubahan masyarakat dan bangsa adalah pad diri manusia. Maka DMI membentuk sebuah visi untuk memberikan penekanan untuk pengembangan SDM. Hal tersebut ternyata dapat mmenjadi motivator bagi pengurus DMI dan pengurus-pengurus masjid di Indonesia.
b)      Membentuk departemen-depertemen, manajemen tang ditetapkan Tarmizi Taher dalam memimpin DMI dilakukan secra professional, tidak jauh beda dengan lembaga-lembaga formal milik pemerintah dalam mengelola Negara.Tarmizi Taher me-manage departemen-departemendimulai dengan kegiatan pendididkan, pelatihan dan selanjutnya pembinaan. Kegiatan pendididkan agar pengurus dapat memperoleh pengetahuan dan memahaminya. Pelatihan agar terampil dan pembinaan agarknsisten dan berkesinambungan.
c)      Menjadikan masjid sebagai pusat gerakan Islam dan gerakan pemberdayaan masyarakat dalam upaya mewujudkan masyarakat madani.
d)      Dalam rangka meningkatkan manajemen masjid agar DMI membuat buku panduan untuk pengurus-pengurus masjid.
e)      Membangun bisnis melalui masjid, Tarmizi Taher tidak memaparkan pandangan-pandangannya mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan umat Islam tetapi juga mengemukakan upayanya membangun ekonomi umat melalui masjid. Masjid bukan hanya rumah ibadah dalam arti yang sempit, tapi juga untuk kegiatan dan pengembangan ekonomi, budaya, dan sosial.[53]
2.      Melakukan Langkah-langkah strategis
            Untuk melaksanakan visi serta misi Dewan Masjid Indonesia diperlukan berbagai langkah strategis ( action )sebagai berikut :
a)      Mengembangkan pola Idaroh ( Manajemen ), Imaroh ( Pengelolaan Program), dan Ri’ayah ( Pengelolaan Fisik ).
Dalam langkah-langkah ini ada beberapa hal yang telah diterapkan oleh DR. KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia anatara lain :
a.        Menyusun pedoman Idarah, imaroh dan ri'ayah Masjid
b.       Menggerakkan pengurus Masjid untuk melakukan pendataan Jamaah Masjid.
c.       Memelihara dan meningkatkan pengembangan jaringan organisasi Dewan Masjid dan Masjid
d.      Meningkatkan disiplin organisasi

b)      Mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam.
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Membentuk lembaga Studi Al-Qur'an dan Hadits serta metode pengembangannya
c)      Mengembangkan dakwah, pendidikan dan perpustakaan
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Mengadakan seminar dakwah dalam rangka menyusun peta dan manajemen dakwah
b.      Merumuskan konsep dakwah sesuai dengan tantangan dan sasaran dakwah
d)      Mengembangkan program kesejateraan dan kesehatan masyarakat
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :

a.       Mengupayakan terpeliharanya lingkungan Masjid yang nyaman, bersih, asri, hijau dan indah.
b.      Mendorong terciptanya kebiasaan hidup yang sehat jasumani dan rohani maupun sehat lingkungan di Masjid dan masayarakat.
e)      Mengembangkan ekonomi Jama’ah, dan pemberdayaan perempuan, remaja, pemuda serta pramuka /kepanduan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       mengembangkan badan usaha milik DMI agar dapat berhasil guna dan berdaya guna.
b.      memasyarakatkan pelaksanaan ekonomi dan perbankan syariah.
c.       mengembangkan ekonomi jamaah melalui masjid
d.      Menumbuh-kembangkan pelatihan kepemimpinan dan manajemen pemuda remaja Masjid.
e.       Meningkatkan pelatihan keterampilan bagi Pemuda dan Remaja Masjid
f.        Mendorong adanya Majelis Ta'lim Perempuan di lingkungan Masjid.
f)        Mengembangkan Masjid-masjid percontohan.
Diantara masjid percontohan yang berhasil pada kepemimpinan DR. KH. Tarmizi Taher Pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Masjid Istiqlal
b.      Masjid Dian Al-Mahri
c.       Masjid Al-Azhar
g)      Pembinaan pengurus Dewan Masjid Indonesia dan pengkaderan pengurus bagi generasi muda. Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Mengadakan pelatihan/kaderisasi
b.      Meningkatkan pelatihan ketrampilan bagi Pemuda dan Remaja
Mengadakan pertemuan rutin antara Dewan Masjid Indonesia dengan Pengelola Masjid. Langkah-langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Mensosialisasikan program Dewan Masjid baik kepada Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting maupun kepada Masjid-Masjid diseluruh Tanah Air.
b.      Melakukan kunjungan-kunjungan ke Masjid-Masjid diseluruh Tanah Air.
Membentuk Lembaga Amil Zakat yang dilakukan tenaga ekspert. Langkah yang telah dilakukan DR.KH. Tarmizi Taher pada Dewan Masjid Indonesia adalah :
a.       Membentuk Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shodaqah (LAZIS) disetiap Masjid khususnya Masjid Raya/Agung dengan pengelolaan propesional
KH. DR. Tarmizi Taher melalui DMI menginginkan masjid dimasa depan dapat mengelola dana untuk keentingan ummat. Masjid diera global dapat difungsikan pada dakwah bil hal, bukan sekedar ceramah dimimbar.[54]
Untuk melaksankan langkah-langkah strategis itu dibentuklah pengurus Dewan Masjid Indonesia baik dipusat maupun didaerah, dengan departemen-departemen yang secara operasional menangani program-program itu. Sedangkan diwilayah, pelaksana operasional ditangani oleh biro-biro, dan bagi DMI daerah langkah-langkah strategis itu secara operasional  dilaksanakan oleh bidang-bidang.[55]
B.     Efektifitas Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher Pada Dewan Masjid Indonesia
Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe kepemimpinan yang digunakan, tetapi tergantung pada caranya menerapkan gaya atau tipe kepemimpinan tersebut pada situasi yang dihadapkan.
Factor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin diantaranya yaitu :
a.       Keperibadian, pengalaman masa lampau dan harapan pemimpin
b.      Harapan dan perilaku atasan
c.       Kebutuhan tugas
d.      Karakteristik, pengharapan dan perilaku bawahan
e.       Iklim dan kebijaksanaan organisasi
f.        Harapan dan perilaku rekan
Semua factor ini mempengaruhi pemimpin dalam melakukan fungsi-fungsi kepemimpinannya.[56]
Dalam hubungannya dengan masalah efektifitas kepemimpinan penulis menyusun 10 butir pertanyaan yang berkaitan dengan efektifitas kepemimpinan KH. DR Tamizi Taher pada DMI yang meliputi ; figure pimpinan DMI, kearifan pimpinan DMI kadar kehangatan dan sikap keramah tamahan, sikap kesetaraan terhadap bawahan, sikap memberikan motivasi, sikap memberikan usul dan saran dari bawahan, sikap negative pemimpin, sikap memikirkan kesejahteraan bawahan, sikap  mendukung gagasan dari bawahannya, dan sikap komitmen. Hal ini dapt dilihat dalam hasil perhitungan angket pada tabel 4.2 sampaai 4.11.
Dalam pengolahan data penulis mengambil pola penghitungan statistic dalam bentuk prosentase. Artinya setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Pedoman yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : P = N /F X 100%. KET : P = prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden.
Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan diperlihatkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Responden Pengurus Dmi
Sumber data
Jumlah angket
kembali
Tidak dapat diolah
Dapat diolah
Pengurus Dewan Masjid Indonesia ( DMI )
30
15
5
10

Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam tabel diatas penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap kemungkinan jawaban dapat diketahui . frekuensi yang diperoleh dinyatakan kedalam prosentase sehingga diketahui kecenderungan setiap jawaban sesuai dengan jawaban responden.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis dan menginterpretasikan jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban hasil penelitian ini dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :

Table 4.2
Kearifan pemimpin
Aspek Masalah
Alternative
Jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pimpinan DMI sangat arif
Sangat setuju
0
0
Setuju
9
90
Ragu
1
10
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwasanya pimpinan DMI sangat arif. Kearifan pimpinan terlihat pada wewenang pimpinan tidak mutlak, pimpinan nbersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahannya. Keputusan dibuat bersama pemimpin dan bawahan, dan komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi sesame atasan dengan bawahan. Responden yang menjawab sangat setuju ada 9 orang responden ( 90% ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%).
Tabel 4.3

Kadar kehangatan dan sikap keramahtamahan
Aspek Masalah
Alternative
Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI bersikap ramah tamah terhadap bawahannya
Sangat setuju
0
0
Setuju
7
70
Ragu
3
30
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
  Pada tabel 4.4 ini menurut penulis menunjukkan bahwa sikap pimpinan terhadap bawahannya menunjukkan nilai positif yakni termasuk orang yang menyenangkan bila diajak bicara, diskusi dan terdapat suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling harga menghargai karena mengenut system kekluargaan. Hal ini terlihat pada responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang responden ( 70% ), dan yang menjawab ragu sebanyak 3 orang responden (30% ),dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%).
Tabel 4.4
Sikap kesetaraan terhadap bawahan
Aspek Masalah
Alternative
Jawaban
Frekuensi Relative
%
Perlakuan kepada bawahan sama, bahwa ia atasan dan kami bawahan
Sangat setuju
0
0
Setuju
6
60
Ragu
4
40
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Dari tabel 4.5 yang mengakui bahwa pimpinan mengembangkan konsep dengan bawahan sangat dominan yakni kesetaraan, pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan para dilakukan secara wajar. Yang menjawab setuju sebanyak 6 orang responden ( 60% ), dan yang menjawab ragu sebanyak 4 orang responden ( 60% ),dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ).

Tabel 4.5
Sikap memberikan motivasi
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pimpinan selalu memberikan motivasi kepada bawahan
Sangat setuju
0
0
Setuju
8
80
Ragu
2
20
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100

Dari tabel 4.6 menggambarkan bahwa pimpinan senantiasa memberikan motivasi kepada bawahannya dengan cara banayak kesempatan bagai bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan, dan pendapat, pujian dan kritik seimbang, pemimpin mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing-masing. Hal ini terlihat bahwa responden yang menjawab setuju sebanyak 8 orang responden ( 80% ), yang menjawab ragu 2 orang responden ( 20 % ), dan yang sangat setuju,tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0% ).
Tabel 4.6
Sikap menerima usul dan saran dari bawahan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Dalam mengambil keputusan pimpinan mempertimbangkan usulan dan saran dari para bawahan baik secara resmi maupun tidak
Sangat setuju
0
0
Setuju
9
90
Ragu
1
10
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Dalam tabel 4.7 yang menjawab sangat setuju lebih dominan yakni yang menjawab setuju sebanyak 9 orang responden ( 90% ), dan yang menjawab ragu sebanyak 1 orang responden ( 10% ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ). Mengindikasikan bahwa pimpinan DMI biasanya dalam mengambil keputusan seringkali dilakukan dalam forum informal atau tidak resmi.
Tabel 4.7

Sikap negative pemimpin
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pimpinan DMI berusaha otoriter didalam segala kebijakan
Sangat setuju
0
0
Setuju
0
0
Ragu
2
20
Tidak setuju
8
80
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 8 orang responden ( 80% ) yang menyatakan tidak setuju dan yang ragu sebanyak 2 orang responden ( 20% ), , dan yang menjawab sangat setuju,setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0 % ), mereka tidak setuju kalau pimpinan DMI disebut sebagai pimpinan yang otoriter. Sedangkan realisasi dilapangan pimpinan lebih banyak mencirikan sikap kedemokrasiannya, salah satu contohnya saja dimana pimpinan menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting dalam setiap organisasi.
Tabel 4.8
Sikap memikirkan kesejahteraan bawahan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI berusaha disiplin di dalam segala kebijakan
Sangat setuju
0
0
Setuju
7
70
Ragu
3
30
Tidak etuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Dari tabel 4.9menggambarkan responden banyak yang setuju ( 70% ) jika dikatakan pimpinan pusat senantiasa berupaya meningkatkan kesejahteraan bagi bawahannya, yang ragu ada 3 orang responden (30% ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0% ). Sikap pemimpin seperti ini berimplikasi kepada tingginya kualitas hubungan dan semangat kerja dari seluruh unsur yang ada termasuk yang lainnya.
Tabel 4.9
Sikap mendukung gagasan dari bawahan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Gagasan dari bawahan selalu didukung oleh pimpinan
Sangat setuju
0
0
Setuju
6
60
Ragu
4
40
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.10 responden yang setuju terhadap sikap pimpinan yang senantiasa memberikan dukungan bila ada gagasan dari bawahan.yang menjawab setuju sebanyak 6 orang responden ( 60% ), yang ragu sebanyak 4 orang responden ( 40% ) dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ). Dari table tersebut penulis mengindikasikan bahwa setiap gagasan dari bawahan didukung oleh pimpinan, bahkan banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau pendapat, dan tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif.
                                                 Tabel 4.10      
Sikap Komitmen
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Komitmen sebagai pimpinan selalu dijunjung tinggi
Sangat setuju
0
0
Setuju
7
70
Ragu
2
20
Tidak setuju
1
10
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pimpinan memiliki pribadi yang cakap dalam memegang komitmen. Hal ini terlihat dari pimpinan bekerja secara berencana, bertahap dan tertib. Hal ini dapat terlihat dengan adanya program kerja yang dibuat oleh pengurus baik program jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Responden yang menjawab setuju sebanyak 7 orang responden ( 70 % ), yang menjawab ragu sebanyak 2 orang responden ( 20% ), yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang responden ( 10% ),dan yang sangat setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ).
Dari tabel 4.2-4.11 diatas maka penulis mengelompokkan tabel-tabel menjadi tabel positif ( efektif ) yang terdiri dari alternative jawaban sangat setuju dan setuju dan table kurang baik ( kurang efektif ) yang terdiri dari alternative jawaban ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 4.11
Tabel Positif ( efektif )
Tabel Negative ( kurang efektif )
4.2,4.4,4.7,4.8,4.10,4.11
4.3,4.5,4.6,4.9
60%
40%

Dalam hal ini kepemimpinan KH DR Tarmizi Taher pada Pimpinan Pusat DMI sudah berjalan efektif. Hal yang harus dilakukan adalah tentu saja memahami jenis pekerjaan, memahami orang-orang yang bersamanya, memahami tujuan yang ingin dicapai kepemimpinan itu, memahami kelemahan dirinya sendiri, memahami kapan ia mendapat m,asukan, kritik dan lain sebagainya.
C.     Gaya Kepemimpinan yang dipergunakan DR. KH. Tarmizi Taher
Dalam hubungannya dengan masalah gaya kepemimpinan,penulis menyusun 6 butir pernyataan yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan KH.DR. Tarmizi Taher yang meliputi: pengawasan pimpinan terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan, memberikan standar pekerjaan terhadap bawahan, sikap memikirkan kesejahteraan bawahan, sikap memberikan kritikan terhadap bawahan. Hal ini dapt dilihat dalam hasil penghitungan angket pada tabel 4.14 sampai 4.19
            Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola penghitungan statistik dalam bentuk prosentase. Artinya, setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban. Pedoman yang penulis gunakan dalam prosentase setiap data sebagai berikut : B=F/N x 100%, ket : P = prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden.
            Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan diperlihatkan  dalam table berikut :
Tabel 4.12
Jumlah Responden Pengurus DMI
Sumber Data
Jumlah angket
kembali
Tidak dapat diolah
Dapat diolah
Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI )
30
15
5
10
Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam table diatas, penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap kemungkinan jawaban dapat diketahui. Frekuensi yang diperoleh dinyatakan kedalam prosentase sehingga diketahui kecendrungan setiap jawaban sesuai dengan jawaban responden.
Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikan jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban hasil penelitian ini, dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :
Tabel 4.13
Sikap pengawasan terhadap bawahan
Aspek masalah
Alternative jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pemimpin DMI selalu mengawasi apakah bawahan bekerja sepenuh kemampuannya
Sangat setuju
0
0
Setuju
1
10
Ragu
6
60
Tidak setuju
3
30
Sangat setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.14 menunjukkan bahwa pimpinan DMI  tidak selalu mengawasi bawahan dalam hal melaksanakan tugasnya. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan yang memerintahkan bawahannya agar bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Yang menyatakan ragu ada 6 orang responden (60 %), yang setuju 4 orang responden ( 40 % ), dan yang lainnya tidak ( 0 % ).
Tabel 4.14
Sikap berkonsultasi terhadap bawahan
Aspek masalah
Alternative jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pimpinan DMI mau berkonsultasi dengan bawahan dalam membahas program kerja
Sangat setuju
0
0
Setuju
8
80
Ragu
2
20
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.15 menjelaskan bahwa 8 orang responden ( 80 % ) menjawab setuju,serta 2 orang responden ( 20 % ) menjawab ragu, dan yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ). Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI selalu berkonsultasi dengan bawahan dalam hal membahas program-program yang sudah terlaksana maupun yang belum terlaksana dengan mengadakan rapat untuk membahas hal itu.
Tabel 4.15
Sikap kepengikutan terhadap standar tertentu
Aspek masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi
Relative
%
Pimpinan meminta bawahan agar selalu memenuhi dan mengikuti standar yang telah ditetapkan
Sangat setuju
0
0
Setuju
10
100
Ragu
0
0
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.16 menjelaskan bahwa 10 orang responden ( 100 % ) menjawab setuju, hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI meminta bawahan agar selalu memenuhi dan mengikuti standar yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan keinginan dari DMI tersebut.
Tabel 4.16
Sikap memberikan standar pekerjaan terhadap bawahan
Aspek masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan selalu memberikan standar tertentu atas pekerjaan
Sangat setuju
0
0
Setuju
0
0
Ragu
                 3
30
Tidak setuju
7
70
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.17 menjelaskan bahwa 1 orang responden (10 % ) menjawab setuju, 2 orang responden ( 20 % )  menjawab ragu, dan 7 orang responden ( 70 % ) menjawab tidak setuju, hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI tidak pernah memberikan standar tertentu atas pekerjaan yang telah ditentukan. Dalam hal ini pemimpin DMI selalu menginginkan agar bawahannya bekerja sesuai dengan kemampuan dan target yang ingin dicapai.
Tabel 4.17
Sikap memikirkan kesejateraan bawahan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI selalu memikirkan kesejahteraan bawahan
Sangat setuju
0
0
Setuju
4
40
Ragu
6
60
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.18 menjelaskan bahwa  4 orang responden ( 40 % ) menjawab setuju, 6 orang responden ( 60 % ) menjawab ragu,dan yang menjawab sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada (0%). Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan  DMI memikirkan kesejateraan bawahan., bagi bawahan yang bekerja dengan baik dan sesuai dengan target yang ditetapkan.

Tabel 4.18
Sikap memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan selalu memberikan kritikan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang tidak bagus
Sangat setuju
0
0
Setuju
1
10
Ragu
5
50
Tidak setuju
4
40
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
Pada tabel 4.19 menjelaskan bahwa 1 orang responden ( 10 % ) menyatakan setuju, 5 orang responden ( 50 % ) menyatakan ragu, 4 orang responden ( 40% ) menyatakan tidak setuju, dan yang menjawab  sangat setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0 % ). Hal ini menunjukkan bahwa pimpinan DMI tidak selalu memberikan kritik terhadap pelaksanaan pekerjaan yang jelek tetapi lebih kepada memotivasi bawahan agar dapat bekerja dengan baik walaupun terkadang pimpinan DMI memberikan kritikan terhadap bawahan tetapi kritikan yang memebangun.
Untuk dapat menentukan presentasi pada dua gaya kepemimpinan yang dipakai oleh pimpinan DMI adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel orientasi pada tugas ( task oriented ) nomor 4.14,4.17 dan 4.19 yang menjawab ragu pada tabel 4.14 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), tabel 4.17 sebanyak 3 orang responden ( 30 % ) dan tabel 4.19 sebanyak 5 orang responden ( 50 % ). Yang menjawab tidak setuju pada tabel 4.14 sebanyak 3 orang responden ( 30 % ),pada tabel 4.17 sebanyak 7 orang responden ( 70 % ), dan tabel 4.19 sebanyak  4 orang responden ( 40 % ). Dan yang menjawab sangat tidak setuju pada tabel 4.14 tidak ada ( 0 % ),pada tabel 4.18 tidak ada ( 0% ) dan pada tabel 4.19 tidak ada ( 0 % ). Alternative jawaban pada tabel 4.14,4.17 dan 4.19 yang menjawab  ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju berorientasi negative pada pengelompokan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas ( task oriented ) sedangkan jawaban pada tabel 4.14 yang menjawab setuju sebanyak 1 orang responden ( 10 % ).
Sedangkan untuk gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan ( employee oriented ) adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel dengan tabel 4.15,4.16 dan 4.18 dengan alternative jawaban sangat setuju dan setuju. Untuk jawaban pada tabel 4.15,4.16 dan 4.18 yang menjawab sangat setuju tidak ada ( 0 % ). Dan untuk alternative jawaban setuju pada tabel 4.15 sebanyak 8 orang responden ( 80 % ), tabel 4.16 sebanyak 10 orang responden ( 100 % ), dan tabel 4.18 sebanyak 4 orang responden ( 40 % ).
            Dalam hal ini dapat penulis kemukakan bahwa gaya kepemimpinan KH. DR Tarmizi Taher adalah gaya kepemimpinan dengan orientasi karyawan ( employee oriented ). Hal ini seperti yang dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah dengan mencoba membangun kebersamaan mencoba semuanya dengan tanggung jawab, serta kesadaran terhadap cita-cita Dewan Masjid Indonesia ( DMI ) dan saling kerja sama diantara pemimpin dan pengurus ( bawahan ), artinya semua yang ada di DMI member pengaruh yang signifikan.
D.    Tipe Kepemimpinan KH. DR Tarmizi Taher
Tipe kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Thaher adalah sifatnya yang sangat demokratis dan kekeluargaan. Tipe kepemimpinan yang seperti ini sangat sering kita lihat dalam kegiatan sehari-hari KH. DR. Tarmizi Thaher, maupun saat rapat dengan para anggotanya. Dengan memberikan kebebasan berpendapat saat rapat berlangsung, tetapi adakalanya seorang KH. DR. Tarmizi Thaher bersikap tegas dan disiplin jika kegiatan yang dilakukan DMI sudah mengalami ketegasan.
Dalam hubungannya dengan masalah tipe kepemimpinan, penulis menyusun 6 butir pertanyaan yang berkaitan dengan tipe kepemimpinan KH. DR tarmizi Taher dalam hal pengaambilan keputusan. 6 butir pertanyaan ini dikelompokkan menjadi 2 tipe kepemimpinan otoriter dan tipe kepemimpinan demokratis. Hal ini dapat dilihat dalam hasil penghitungan angket pada table 4.21 sampai 4.26.
            Dalam pengolahan data, penulis mengambil pola perhitungan statistic dalam bentuk prosentase. Artinya, setiap data diprosentasekan setelah ditabulasi dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternative jawaban. Pedoman yang penulis gunakan dalam prosentase setiap data sebagai berikut : P = F / N X 100 % ket : P = Prosentase, F = Frekuensi, N = Jumlah Responden
            Selanjutnya penulis mengadakan seleksi data, untuk lebih jelasnya akan diperlihatkan dalam table berikut :
Tabel 4.19
Jumlah Responden Pengurus Dmi
Sumber data
Jumlah angket
kembali
Tidak dapat diolah
Dapat diolah
Pengurus Dewan Masjid Indonesia ( DMI )
30
15
5
10
           
Setelah mengadakan seleksi angket seperti tergambar dalam table diatas, penulis mengolah data dan menggunakan tabulasi, sehingga frekuensi setiap kemungkinan jawaban dapat diketahui. Frekuensi yang dinyatakan kedalam frosentase sehingga diketahui kecendrungan setiap jawaban sesuai dengan jawaban responden.
            Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan menginterpretasikan jawaban dari hasil angket yang telah penulis sebarkan. Untuk mengetahui jawaban hasil penelitian ini, dapat dilihat melalui table-tabel dibawah ini :
Tabel 4.20
Membuat dan mengumumkan keputusan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI membuat dan mengumumkan keputusannya ( telling )
Sangat setuju
0
0
Setuju
5
50
Ragu
5
50
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Dari tablel 4.21 tergambar bahwasanya pimpinan DMI membuat pengumuman terhadap keputusan yang telah disepakati tujuannya agar bawahan dapat melaksanakan keputusan tersebut dengan bijaksana dan agar secara keseluruhan mengetahui hasil keputusan tersebut. Responden yang menjawab, yang menjawab setuju sebanyak 5 orang responden ( 50 % ), yang ragu sebanyak 5 orang responden ( 50 % ), dan yang sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0 % ).
Tabel 4.21
Menjual keputusan
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI menjual keputusan
Sangat setuju
0
0
Setuju
0
0
Ragu
4
40
Tidak setuju
6
60
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Dari tabel 4.22 menjelaskan bahwa pimpinan DMI dalam hal pengambilan keputusan tidak menjual keputusan tersebut kepada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Karena setiap keputusan diputuskan bersama-sama. Responden yang menjawab ragu ada 4 orang responden ( 40 % ), yang tidak setuju ada 6 orang responden ( 60 % ), dan yang  sangat setuju, setuju dan sangat tidak setuju  tidak ada ( 0 % ).
Tabel 4.22
Sikap menyampaikan ide
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
Sangat setuju
0
0
Setuju
8
80
Ragu
2
20
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Dari tabel 4.23 tergambar bahwa pimpina DMI begitu menyampaikan ide kepada bawahan agar disepakati bersama. Hal ini ditandai dengan bawahan yang selalu bertanya tentang ide-ide yang akan dilaksanakan dalam program kegiatan DMI. Responden yang menjawab setuju ada 8 orang responden ( 80 % ), yang ragu 2 orang responden ( 20% ) dan yang  sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0 % ).


Tabel 4.23
Memberikan keputusan tentative ( tidak boleh berubah )
Aspek Masalah
Alternative
Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI memberikan keputusan tentative ( tidak boleh berubah )
Sangat setuju
0
0
Setuju
1
10
Ragu
6
60
Tidak setuju
3
30
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Dari tabel 4.24 tergambar bahwasanya pimpinan DMI dalam hal mpengambilan keputusan tidak memberikan keputusan secara tentative, tetapi selalu memberikan keputusan yang dapat diubah sewaktu-waktu. Hal ini ditandai dengan bawahan yang selalu memberikan kesempatan untuk menyampaikan keputusannya. Responden yang menjawab setuju sebanyak 1 orang responden (10 % ), yang menjawab ragu 6 orang responden ( 60% ), yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang responden ( 30 % ), dan sangat setuju, ragu dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0%  ).

Tabel 4.24
Memberikan solusi terhadap permasalahan
Aspek Masalah
Alternative
Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI menyampaikan problem yang ada dan meminta saran serta pemecahannya atau solusi
Sangat setuju
0
0
Setuju
6
60
Ragu
4
40
Tidak setuju
0
0
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Pada tabel 4.25 tergambar bahwa pimpina DMI menyampaikan problem-problem yang ada kepada bawahan dan merundingkan secara bersama untuk mengetahui solusi atas pemasalahan yang ada. Responden yang menjawab setuju  ada 6 orang responden ( 60 % ), yang menjawab, yang ragu sebanyak 4 orang responden ( 40 % ), dan  sangat setuju,tidak setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ).
Tabel 4.25
Sikap membuat keputusan bersama
Aspek Masalah
Alternative Jawaban
Frekuensi Relative
%
Pimpinan DMI membatasi persoalan dan meminta anggota ( bawahan ) untuk membuat keputusan bersama
Sangat setuju
0
0
Setuju
2
20
Ragu
3
30
Tidak setuju
5
50
Sangat tidak setuju
0
0
Jumlah
10
100
Sumber : Hasil Analisa
            Dari tabel 4.26 menjelaskan bahwa pimpinan DMI tidak membatasi persoalan untuk membuat keputusan bersama tetapi lebih kepada menyerahkan kepada bawahan untuk membuat keputusan secara bersama. Responden yang menjawab setuju sebanyak 2 orang responden ( 20% ), yang menjawab ragu ada 3 orang responden ( 30 % ), yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang responden ( 50 % ) dan yang menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju tidak ada ( 0% ).
            Untuk dapat menentukan presentasi pada dua tipe kepemimpinan yang dipakai oleh pimpinan DMI adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel tipe kepemimpinan otoriter tabel 4.22,4.24 dan 4.26 yang menjawab ragu pada tabel 4.22 sebanyak 4 orang responden ( 40 % ), tabel 4.24 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), dan tabel 4.26 sebanyak 3 orang responden ( 30 % ). Dan yang menjawab tidak setuju pada tabel 4.22 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), tabel  4.24 sebanyak 6 orang responden ( 60 % ), dan tabel 4.26 sebanyak 5 orang responden ( 50 % ).dan yang menjawab sangat tidak setuju pada tabel 4.22,4.24 dan 4.26 tidak ada ( 0 % ). Alternative jawaban pada tabel 4.22,4.24 dan 4.26 yang menjawab ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju berorientasi negatife pada pengelompokan tipe kepemimpinan otoriter. Sedangkan jawaban pada tabel 4.26 yang menjawab setuju sebanyak 2 orang responden ( 20 % ).
            Sedangkan untuk tipe kepemimpinan demokratis adalah dengan cara mengelompokkan tabel-tabel 4.21,4.23 dan 4.25 dengan alternative jawaban sangat setuju dan setuju. Untuk jawaban tabel 4.21,4.23 dan 4.25 yang menjawab sangat setuju tidak ada (0% ). Dan untuk alternative jawaban setuju pada tabel 4.21 sebanyak 5 orang responden ( 50% ), pada tabel 4.23 sebanyak 8 orang responden ( 80% ), tabel 4.25 sebanyak 6 orang responden ( 60% ). Hal ini menunjukkan nilai positif pada tipe kepemimpinan DMI adalah demokratis.
            Dari hasil penjabaran tabel diatas dapat penulis simpulkan bahwa kepemimpinan KH. DR Tarmizi Taher adalah demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan dimana pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi perilaku pelindung dan penyelamat serta perilaku cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi.
Dalam memimpin beliau mencoba membangun kebersamaan, mencoba semuanya dengan tanggung jawab serta kesadaran terhadap cita-cita DMI dan saling bekerja sama diantara anggota kelompok.
Kepemimpinan Tarmizi Thaher secara umum tidak jauh berbeda dari tahun ketahun. Yakni bersikap demokratis dan kekeluargaan, kalaupun ada sedikit hal yang berbeda dan perlu melakukan perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu, maka akan diperbaiki secara bersama-sama.









BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Dari uraian bab-bab terdahulu, akhirnya penulis dapat menarik kessimpualan sebagai berikut :
  1. Dalam memimpin DMI KH. DR Tarmizi Taher menekankan kepada pengembangan pola idaroh ( manajemen ), imaroh ( pengelolaan program), dan Ri’ayah ( pengelolaan fisik ), pengembangan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam, Pembinaan pengurus dewan masjid Indonesia dan pengkaderan pengurus bagi generasi muda, Mengadakan pertemuan rutin antara Dewan Masjid Indonesia dengan pengelola masjid dan Mengembangkan masjid-masjid percontohan
  2. Dalam kepemimpinannya, KH DR. Tarmizi Taher selalu bersikap professional dan kekeluargaan. Beliau selalu terbuka terhadap pandapat-pendapat dari bawahannya. Dalam hal kepemimpinan KH. DR Tarmizi Taher memiliki tipe kepemimpinan Demokratis. Walaupun terkadang beliau bersikap tegas dalam keadaan tertentu, misalnya dalam hal kebijakan. Dalam hal ini fungsi kepemimpinan KH. DR Tarmizi Taher dalam hal pengembangan DMI adalah dengan cara memandu, menuntun serta membimbing bawahan kepada pencapaian tujuan dari misi DMI tarsebut. Selain itu juga fungsi kepemimpinan beliau adalah membangun kerja bawahan adalah dengan cara memberikan motivasi-motivasi kerja, memberikan pengawasan agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Gaya kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher adalah gaya kepemimpinan dengan orientasi karyawan ( employee oriented ). Hal ini seperti yang beliau kemukakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah dengan mencoba membangun kebersamaan, mencoba semuanya dengan tanggung jawab, serta kesadaran terhadap cita-cita DMI dan saling kerja sama diantara anggota kepengurusan. Artinya semua yang ada di DMI memberi pengaruh yang sangat signifikan. Kepemimpinan KH DR. Tarmizi Taher sudah berjalan secara efektif. Hal yang harus dilakukan tentu saja memahami jenis pekerjaan, memahami orang-orang yang bersamanya, memahami tujuan yang ingin dicapai kepemimpinan itu, memahami kelemahan dirinya sendiri, memahami kapan ia mendapat masukan, kritik dan lain sebagainya.
B. Saran
            Saran-saran yang penulis tuangkan dalam skripsi ini aadalah :
  1. Kepemimpinan KH. DR. Tarmizi Taher sebelum berakhir hendaklah mempersiapkan lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang memiliki visi dan misi yang sama dalam mengembangkan masjid-masjid melalui dewan Masjid Indonesia yang lebih maju dan professional, sehingga dikenal luas ditanah air maupun luar negeri.
  2. Diharapkan KH. DR. Tarmizi Taher dapat memberikan informasi-informasi dakwah Islam yang terbaik bagi perkembangan dakwah di Indonesia melalui DMI.
                           


[1] Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : Al-Amin dan IKFA, 1996 ), cet ke- 1, h, 73
[2] Ranoh Ayub, kepemimpinan kharismatik, ( Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1999 ), CET KE-2 H, 7
[3] Winarno S, pengantar penelitian ilmiah dasar, metode dan tekhnik (Bandung : Tarsito, 1989 ) Hal. 138
[4] WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,    ( Jakarta: Balai Pustaka, 1982 ), Cet. Ke-4 h. 754
[5] Abdullah Ambari, Inti Sari Tata Bahasa Indonesia, ( Bandung: Dajtmika, t.t ), h. 70-72
[6] Alex S. Nitisemito, ManajemenSuatu Dasar dan Pengantar, ( jakarta : Ghalia Indonesia, 1989 ) Cet, ke-3 h, 140
[7] Harbangan Siagian, Manajemen Suatu Pengantar, ( Semarang : Satya Wacana, 1993 ). Cet. Ke-4 h. 127
[8] Ibid. h. 128
[9] Cheppy Hari Cahyono, Psikologi kepemimpinan, ( Surabaya : Usha Nasional, 1984 ), cet ke-1 h.
[10] Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, ( Yogyakarta : al-Amin dan IKFA, 1996 ) cet ke-1 h. 15
[11] Abdul Syani, Manejemen Organisasi, ( Jakarta : PT. Bina Aksara, 1994 ) cet ke-1 h. 231
[12] Wahjosumidjo, Kiat Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta : PT. Harapan Masa PGRI, 1994 ), cet ke1 h. 23
[13] Harold Koonz, manajemen Jilid 2, ( Jakarta : penerbit erlangga, 1990 ), cet ke-4 h. 147
[14] Ibid, h. 23
[15] Ibid, h. 22
[16] Uber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen, ( Bandung : CV. Manda Maju, 2002) cet ke-2 h. 302
[17] Panji Anoraga, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet ke-2 h. 4
[18] ibid
[19] Yayat M Harujito,  Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT. Gramedia, 2004 ) cet ke-2
[20] Kartono Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada, 1998
[21] Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1992

[22] Basu Swastha, Azas-Azas Manajemen Modern, ( Yogyakarta : Liberty, 1985 ). Cet ke-1 h. 168
[23] Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe Kepemimpinan, Html
[24] Op cit , h. 169
[25] Ibid, hal. 170
[26] Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta : UGM Press, 2003
[27] Wajo Waswito dan WJS poerwadarminta, kamus lengkap inggris Indonesia-indonesia inggris, ( Jakarta : hasta, 1974 ) Cet ke-2 h. 218
[28] Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1992 ) h. 7
[29] Yayat M Harujito,  Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT. Gramedia, 2004 ) cet ke-2 h. 188
[30] Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, ( Yogyakarta : UGM Press, 2003 ) Cet ke-1 h. 115
[31] Handoko Hani T, Manajemen, yogyakarta : BPFE, 1998
[32] Siswanto, Ir, Panduan Praktis Organisasi Masjid, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar 2005 ), cet ke 1, hal. 23
[33] M. HR. Songge, Pesan Risalah Msyarakat Madani, ( Jakarta : PT. Mediacita, 2001 ) Hal. 12-13
[34] Hasbi Ash Shidiqi TM Prof, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, ( Bandung : PT. al-Ma’arif, 1979 ) Jilid 2 cet ke-3
[35] Sayid Syabiq, Fiqhus-sunnah, ( Beirut : Dar al-fik, 1981 ), jilid 1, cet ke 3, hal-209
[36] Ahmad Yani, Menuju Masjid Idel, ( LP2SI : Haramain, 2001 ), cet ke1, hal-19
[37] Quraisy Syihab, Wawasan Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, 2004), cet ke 15, hal-461
[38] Ibid hal-27
[39] Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, ( Jakarta : Al-Mawardi Prima, 2002 ), Cet ke-1 Hal.50-51
[40] Nurul Badruttamam, M.A. Dakwah Kalaboratif Tarmizi Thaher. Hal. 67
[41] Iibid, hal 67
[42] Riwayat hidup Tarmizi Thaher
[43] Ibid, hal. 73-74
[44] Biografi tarmizi thaher
[45] Riwayat hidup tarmizi thaher
[46] Profil Dewan Masjid Indonesia.
[47] Ketetapan hasil mukatamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal. 5
[48] AD/ART Dewan Massjid Indonesia BAB IV. Hal 16-17
[49] Ketetapan hasil muktamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal, 62-72
[50] Dr. H. Ahmad Sutarmaji. Visi, Misi dan langkah-langkah stragtegis.( Jakarta : Logos, wacana ilmu dan pemikiran. 2002) hal 13
[51] Ketetapan hasil muktamar Dewan Masjid Indonesia masa bakti 2006-2011. Hal, 10
[52] Firman Syah, Dakwah Tarmizi Taher di Era Global, ( Jakarta : 2006 ), Hal. 61
[53] Dr. H. Ahamd sutarmadji. Visi, Misi dan langkah-langkah stragtegis , hal, 50
[54] Firman Syah, Dakwah Tarmizi Taher Diera Global, ( Jakarta, 2006 ). Hal. 65-66
[55] Ibid hal. 22-26
[56] Yayat. M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, ( Jakarta : PT Gramedia, 2004 ), cet ke-2, hal. 202-203

2 komentar:

  1. BOLEH TANYA KE MAS IWAN NASTI, APA INI SKRIPSI MAS IWAN NASTI DAN INI SKRIPSI DI UNIVERSITAS MANA? DICKY

    BalasHapus
  2. nie skripsi senior saya..
    dari universitas islam negri syarif hidayatullah jakarta

    BalasHapus

dunia ini memang indah,, tergantung bagaimana kita menjaga keindahan itu,,. untuk itu mari kita bersatu, satu pikiran satu tujuan untuk Indonesia merdeka,.. berpisah kita berjuang bersatu kita memukul..