Selasa, 15 Mei 2012

antara cinta dan pengorbanan


            Sebuah cerita sangat mengharukan yang dilakoni oleh sepasang muda-mudi, mereka sebenarnya saling mencintai meskipun salah satu diantaranya adalah orang miskin. Sampai suatu ketika mereka harus berpisah dan bahkan untuk selama-lamanya.
            Perpisahan keduanya, sebenarnya di dasari oleh sang cewek yang mempunyai penyakit mematikan, namun cewek tersebut terpaksa berbohong kepada si cowok, agar dia meninggalkannya. Dan cowok tersebut tidak tahu kalo ceweknya mempunyai penyakit, yang dia tahu bahwa ceweknya itu matre, sedangkan cowoknya adalah orang yang miskin.
            Dari situlah sang cowok berusaha keras untuk menjadi orang sukses, namun setelah sukses, justru dia menemukan hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya, yaitu kehilangan sang pujaan hati untuk selamanya.

            Ridho dan indah adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga indah berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Ridho hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
            Dalam kehidupan mereka berdua, Ridho sangat mencintai Indah. Ridho telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Indah, dan Indah kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Ridho telah menuliskan harapannya kepada Indah. Banyak sekali harapan yang telah Ridho ungkapkan kepada Indah. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi Indah dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Indah.
            Suatu hari Ridho melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Ridho berkata kepada Indah: “ Indah, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “
            Saat mendengar Ridho berkata demikian, menangislah Indah. Ia berkata kepada Ridho : “Ridho, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Ridho pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada Indah. Ia mengatai Indah matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Ridho meninggalkan Indah menangis seorang diri.
            Ridho mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Indah dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Ridho menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Ridho, ia adalah bintang kesuksesan.
            Suatu hari Ridho pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Ridho pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Indah. Ridho mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Ridho membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Indah.
            Ridho sangat terkejut ketika didapati orang tua Indah memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Indah dalam makam itu. Ridho pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Indah untuk menemui orang tua Indah.
            Orang tua Indah pun berkata kepada Ridho :”Ridho, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Indah yang terkena kanker rahim ganas. Indah menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua Indah menyerahkan sepucuk surat kumal yang selama ini selalu disimpan baik-baik lalu diserahkan kepada Ridho.
            Ridho membaca surat itu. “Ridho, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Ridho, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu
Ridho…………………………..
            Indah “ Setelah membaca surat itu, menangislah Ridho. Ia telah berprasangka terhadap Indah begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati Indah teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa Indah kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Indah mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap Indah sebagai orang matre tak berperasan. Indah telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
            Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.
            Cerita sedih dan mengharukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga hikmah di balik cerita sedih mengharukan tentang cinta diatas dapat memberikan motivasi bagi kita semua untuk lebih tahu arti tentang cinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dunia ini memang indah,, tergantung bagaimana kita menjaga keindahan itu,,. untuk itu mari kita bersatu, satu pikiran satu tujuan untuk Indonesia merdeka,.. berpisah kita berjuang bersatu kita memukul..